Tautan-tautan Akses

Kekhawatiran akan Kebebasan Pers India Menyeruak setelah Miliarder Beli Tayangan Kritik di TV


Miliarder India Gautam Adani berbicara dalam Forum Bisnis Global Bengal di Kolkata, India, pada 20 April 2022. (Foto: Reuters/Rupak De Chowduri)
Miliarder India Gautam Adani berbicara dalam Forum Bisnis Global Bengal di Kolkata, India, pada 20 April 2022. (Foto: Reuters/Rupak De Chowduri)

Seorang miliarder India yang dekat dengan Perdana Menteri Narendra Modi sedang berupaya membeli sebuah tayangan yang dinilai sebagai suara kritis terakhir di televisi. Hal ini memicu kekhawatiran atas nasib kebebasan media di negara demokrasi terbesar di dunia itu.

Di bawah kepemimpinan Modi, tingkat kebebasan pers India di laporan tahunan Reporters Without Border telah turun 10 tingkat ke level 150 dari total 180 negara yang dievaluasi. Penurunan tersebut terjadi karena pemenjaraan terhadap wartawan-wartawan kritis dan juga kecaman terhadap mereka yang datang dari para pendukung Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa di media sosial.

Gautam Adani – orang terkaya di Asia yang memiliki berbagai kepentingan bisnis, mulai dari pelabuhan tersibuk di India hingga tambang batu bara – pada Selasa (23/8) malam mengumumkan bahwa perusahaannya secara tidak langsung telah mengakuisisi 29 persen saham di NDTV, dan kini sedang menawar untuk menambah sahamnya sebesar 26 persen lagi.

NDTV mengatakan langkah itu datang “tanpa diskusi” dengan penyiar, “atau persetujuan dari pendiri NDTV,” ujar wartawan Radhika Roy dan ekonom Prannoy Roy.

Dua tayangan di NDTV, yang disiarkan dalam bahasa Inggris dan Hindi, menonjol diantara banyaknya siaran berita India karena berhasil memicu kritik terhadap pemerintah dan disampaikan dengan gaya pelaporan yang keras.

NDTV telah mengalami banyak kasus hukum, yang menurut pemiliknya adalah hasil laporan yang mereka tayangkan. [em/rs]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG