Tautan-tautan Akses

Kekhawatiran Brexit Meningkat, Perancis Tawarkan Kerjasama kepada Perusahaan Jepang di Inggris


The European Commission's Chief Negotiator for the UK exiting the European Union, Michel Barnier (L), and Britain's Secretary of State for Exiting the European Union, David Davis, pause ahead of a meeting to 10 Downing Street, London, Feb. 5, 2018.
The European Commission's Chief Negotiator for the UK exiting the European Union, Michel Barnier (L), and Britain's Secretary of State for Exiting the European Union, David Davis, pause ahead of a meeting to 10 Downing Street, London, Feb. 5, 2018.

Kekhawatiran meningkat bahwa Inggris mungkin menghadapi tantangan berat menjelang keluar dari Uni Eropa – atau dijuluki sebagai “cliff-edge’ exit” atau eksit dari tepi jurang – karena masih adanya perbedaan pandangan yang besar antara Uni Eropa dan Inggris tentang bentuk kesepakatan bagi Brexit masa depan. Kekhawatiran semakin besar saat Jepang memperingatkan, para pebisnis Jepang mungkin akan menarik diri dari Inggris jika mereka dihadapkan kepada biaya lebih tinggi setelah Brexit. Analisa pemerintah yang bocor ke publik menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Inggris bisa turun sampai delapan persen setelah Brexit.

Jepang telah menanamkan investasi miliaran dolar di Inggris setelah terpikat oleh janji bebas tarif ke Eropa. Perusahaan-perusahaan pembuat mobil – Nissan, Honda dan Toyota – memproduksi hampir separuh mobil-mobilnya di Inggris. Beberapa perusahaan farmasi, teknologi dan bank Jepang juga mempekerjaan ribuan orang.

Perusahaan-perusahaan ini khawatir keluarnya Inggris dari Uni Eropa – atau Brexit – dapat berarti pemberlakuan tarif dan proses bea cukai yang lebih lama. Perdana Menteri Theresa May mengundang mereka dalam suatu pertemuan hari Kamis (8/2) untuk meyakinkan para investor bahwa Inggris akan tetap ramah bisnis.

May mengatakan, "Brexit memberi kesempatan untuk melakukan transaksi perdagangan bebas di seluruh dunia dan membangun hubungan langsung yang sudah sangat kuat dengan Jepang."

Tetapi Duta Besar Jepang Untuk Inggris Koji Tsuruoka memberikan peringatan langsung. Suatu hal yang tidak biasa dilakukannya.

Tsuruoka mengatakan, "Jika melanjutkan operasi di Inggris tidak memberi keuntungan, tidak hanya perusahaan-perusahaan Jepang… semua perusahaan swasta tidak bisa terus beroperasi. Jadi ini sederhana saja, tetapi dan ini merupakan taruhan sangat besar yang harus kita waspadai."

Hal senada juga ada di benak Perancis, salah satu pesaing Inggris, sebagaimana disampaikan Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian ketika berkunjung ke Tokyo pekan ini.

"Ini pilihan dan kebijakan kami untuk memberitahu perusahaan-perusahaan Jepang bahwa era di mana Inggris menjadi bagian dari Uni Eropa sudah berakhir, tetapi kami bisa menawarkan sejumlah hal pada Anda."

Inggris masih harus membeberkan kepada Brussels apa yang diharapkannya dari sebuah kesepakatan di masa depan. Kepala Perunding Brexit dari Uni Eropa Michel Barnier mengungkapkan rasa frustrasinya hari Jum’at (9/2).

"Sekali lagi, penting untuk menyampaikan kebenaran.Keputusan Inggris untuk meninggalkan pasar tunggal dan meninggalkan sistem bea cukai yang seragam ini akan membuat pemeriksaan di perbatasan menjadi hal yang tak terhindarkan," kata Barnier.

Hal itu berakibat kehadiran sebuah perbatasan, secara fisik, antara Irlandia Utara dan Republik Irlandia, yang dikhawatirkan banyak pihak akan menyulut kekerasan lagi di Irlandia. Jonathan Portes adalah Kepala Program Inggris Di Masa Eropa yang Berubah, dan dia mengatakan, "Kita harus mencari cara untuk menerjemahkan kompromi politik di perbatasan Irlandia Utara yang disepakati akhir Desember lalu, ke dalam bahasa hukum yang tegas. Saat ini tidak seorang pun tahu bagaimana menyelenggarakan hal itu."

Demonstran anti-Brexit "Borders Against Brexit" protes di depan gedung pemerintah Irlandia di Dublin, Irlandia, 25 April 2017.
Demonstran anti-Brexit "Borders Against Brexit" protes di depan gedung pemerintah Irlandia di Dublin, Irlandia, 25 April 2017.

Ditambahkannya bahwa Inggris dan Eropa masih harus menyetujui syarat-syarat dari periode transisi yang disepakati.

"Ini tampaknya berarti Inggris harus menerima bahwa Uni Eropa yang menetapkan peraturannya, dan kami harus membayar tetapi tidak memiliki suara. Itu akan menjadi hal yang sulit untuk diterima," tambahnya.

Seiring mendekatnya tenggat keluarnya Inggris dari Uni Eropa, tekanan semakin meningkat pula dari mitra-mitra Inggris di Eropa dan seluruh dunia agar ada kejelasan apa yang diinginkan Inggris setelah keluar dari Uni Eropa. [em/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG