Keju-keju yang dibuat dari bakteri yang diambil dari telinga, jari kaki, dan ketiak selebritas, toilet keramik yang dibuat dari kotoran sapi, botol minum yang bisa dimakan dan “tanaman yang bisa bicara.” Itu adalah deretan makanan tak lazim yang dipamerkan dalam sebuah ekshibisi di museum seni dan desain di London.
Tapi makanan-makanan tersebut adalah bagian eksperimen produk pertanian dan gastronomi yang menyoroti siklus makanan kita, dari ladang menjadi sajian di piring dan tentang keberlanjutan. Hal itu menjadi tema ekshibisi baru di Museum V&A di London yang lebih dikenal dengan koleksi pahatan-pahatan, tekstil dan foto-foto.
“Yang banyak orang tidak pertimbangkan adalah hubungan Anda dengan makanan lebih dari saat memakan apa yang ada di piring Anda,” kata May Rosenthal Sloan, salah satu curator ekshibisi “FOOD: Bigger than the Plate”, kepada Reuters.
“Setiap makanan yang Anda konsumsi, setiap perilaku memakan menghubungkan Anda dengan alam, dengan budaya, dengan ekonomi dan politik, dengan tubuh Anda sendiri,” papar Sloan.
“Yang kami coba lakukan adalah membuat orang melihat dengan cara yang diperluas dan berpikir tentang bagaimana pilihan-pilihan yang kita buat bisa bersama-sama mempengaruhi masa depan kita.”
Dalam ekshibisi dipamerkan berbagai jenis keju. Mulai dari mozzarella, comte, Cheshire dan stilton. Keju-keju itu, yang disebut “potret mikroba”, dibuat dari bakteria yang diambil dari penyanyi rap Profesor Green; Chef Heston Blumenthal; penyanyi Suggs, musisi dan pembuat keju Alex James, serta penulis kuliner Ruby Tandoh.
“Ada banyak kesamaan antara bakteria pada ketiak kita dan apa yang terkandung dalam keju-keju tersebut,” kata biodesainer, Helene Steiner.
“Bila Anda berpikir tentang keju-keju buatan tangan, makanan buatan tangan, Anda memasukkan tangan Anda di situ. Dan bakteri sebenarnya membantu menciptakan makanan Anda. Jadi, saya pikir bukan factor menjijikan. Lebih kepada melihat perbedaan dan keindahan pada makanan dan bagaimana bakteri membantu kita memproduksi makanan,” ujar Steiner.
Steiner juga berada di balik “Proyek Florence” atau apa yang dia sebut “tanaman berbicara.” Proyek itu hasil dari riset tanaman selama empat tahun menggunakan sinyal-sinyal elektrik dan kimia.
Bertujuan “memberikan suara kepada alam”, proyek tersebut terdiri dari tanaman stroberi dalam mangkuk gelas, yang terhubung dengan sebuah computer. Dengan menggunakan computer tersebut, para pengunjung bisa mengetik pertanyaan dan mendapatkan jawaban yang dicetak.
Membuat kompos, Bertani, berdagang dan makan adalah tema-tema yang dieksplorasi dalam ekshibisi itu. Makanan lain yang dipamerkan adalah desain-desain sosis dan pertanian jamur urban. [ft]