Tim peneliti pada Tulane University School of Medicine di New Orleans, Louisiana, mendapati temuan tersebut. Mereka mengatakan resistensi terhadap tamoxifen adalah masalah yang berkembang di antara perempuan pengidap kanker payudara, terutama mereka yang menderita kanker yang dipicu hormon perempuan.
Dalam percobaan dengan tikus yang menderita tumor payudara, tim peneliti mendapati, menjaga tikus-tikus itu dalam kondisi cahaya redup pada malam hari menekan produksi hormon tidur, melatonin. Pertumbuhan tumor pada tikus-tikus itu hampir tiga kali lebih cepat dibanding pada tikus yang hidup dalam kondisi siang atau malam yang normal. Tikus-tikus yang hidup dalam kegelapan total juga benar-benar tahan terhadap tamoxifen. Tetapi ketika hewan-hewan itu diberi suplemen melatonin, mereka kembali menjadi sensitif terhadap obat tersebut.
Menulis dalam jurnal Cancer Research, tim itu mengatakan pemberian melatonin yang dicampur tamoxifen bisa menjadi pengobatan standar bagi pasien kanker payudara, kalau penelitian lebih lanjut mengidentifikasi waktu terbaik untuk memberi obat-obat tersebut.