Tautan-tautan Akses

Kebijakan Rusia di Suriah dan Afghanistan Berlawanan dengan AS


Menlu Rusia Sergey Lavrov (tengah) berdiri di antara Menlu Suriah Walid Muallem (kiri) dan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif yang sedang berjabat tangan usai konferensi pers menyusul pembicaraan mereka soal Suriah di Moskow, Rusia, 14 April 2017. (AP Photo/Pavel Golovkin)
Menlu Rusia Sergey Lavrov (tengah) berdiri di antara Menlu Suriah Walid Muallem (kiri) dan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif yang sedang berjabat tangan usai konferensi pers menyusul pembicaraan mereka soal Suriah di Moskow, Rusia, 14 April 2017. (AP Photo/Pavel Golovkin)

Rusia, menjadi tuan rumah pertemuan dengan menteri luar negeri Iran dan Suriah, dan juga sebuah konferensi mengenai Afghanistan, hari Jumat, beberapa hari setelah menyambut dengan dingin kunjungan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.

Kebijakan luar negeri Rusia yang kian asertif di Suriah dan Afghanistan bertentangan dengan sasaran AS, namun para analis mengatakan partisipasi Suriah dan Afghanistan diperlukan untuk mencapai perdamaian melalui perundingan.

Di Moskow, menteri luar negeri Iran, Rusia, dan Suriah menunjukkan persatuan, mengutuk serangan misil Amerika terhadap sebuah pangkalan udara Suriah. Mereka menyerukan penyidikan terhadap tuduhan Amerika bahwa Suriah menggunakan senjata kimia, yang menurut Rusia disimpan pemberontak.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, "Kami dengan tegas menyerukan agar dilakukan penyidikan yang seksama, objektif, dan tidak memihak terkait penggunaan bahan kimia dalam serangan di Khan tanggal 4 April."

Rusia dan Iran, bersama dengan pasukan pemerintah Suriah, bertempur melawan ISIS dan jihadis-jihadis lain, dan juga pemberontak Suriah yang didukung Amerika.

Kata-kata keras itu disampaikan beberapa hari setelah kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson disambut dengan dingin oleh Kremlin, yang menolak berhenti mendukung presiden Suriah Bashar al-Assad.

"Saya kira jelas, bahkan bagi pemerintahan Trump bahwa tanpa kerjasama dan kolaborasi Rusia adalah mustahil untuk bergerak maju atau mencapai hasil bermakna, baik di Suriah maupun di Afghanistan," ujar Victor Mizin dari Institut Negara Hubungan Internasional di Moskow.

Pasukan koalisi Amerika bertempur melawan ISIS di Suriah dan Afghanistan, di mana kelompok teroris itu makin lama makin aktif.

Rusia prihatin mengenai ribuan warganya yang bertempur membantu kelompok-kelompok ekstremis dan juga mengenai perdagangan narkoba dan perbatasan-perbatasannya yang tidak stabil. Dmitry Verkhoturov dari Pusat Riset Afghanistan Modern mengatakan, selalu ada ruang untuk kerjasama di Suriah dan di Afghanistan. Namun ia berpendapat faktor kunci kerjasama ini adalah Amerika dan Rusia harus saling mengakui hak yang lain atas opini independen, posisi independen, dan kebijakan independen.

Hari Kamis Amerika menyerang sebuah jaringan terowongan terkait ISIS di Afghanistan dengan sebuah bom raksasa.

Serangan dilancarkan sementara Moskow menjadi tuan rumah perundingan ketiga mengenai upaya menstabilkan Afghanistan yang diikuti delegasi dari Afghanistan, China, India, Iran, Pakistan dan Asia Tengah. Khawatir bahwa interaksi Rusia ini memberikan legitimasi kepada militan Taliban, Amerika sebegitu jauh menolak berpartisipasi dalam pertemuan pintu tertutup itu. [ds]

XS
SM
MD
LG