Kebakaran hutan merupakan bagian normal dari siklus alam. Tetapi perubahan iklim mengubah fenomena itu menjadi sesuatu yang lebih berbahaya.
Edisi baru Frontiers yang diterbitkan Program Lingkungan Hidup PBB memprediksi kebakaran akan menjadi lebih sering, lebih parah dan akan terjadi di tempat-tempat di mana kebakaran hutan tidak terjadi sebelumnya.
Andrew Dowdy, ilmuwan iklim di University of Melbourne, salah seorang penulis mengenai kebakaran hutan dalam laporan PBB itu mengatakan, "Laporan menunjukkan betapa risiko kebakaran hutan meningkat di seluruh dunia, termasuk karena perubahan iklim yang disebabkan manusia. Ini menunjukkan tren ke arah kondisi kebakaran yang tidak pernah terjadi sebelumnya, termasuk kebakaran yang lebih ekstrem dan musim kebakaran yang lebih lama.”
Dowdy menambahkan, mengerikan sekali melihat berbagai kebakaran itu ternyata telah berdampak pada dunia. Lebih menakutkan lagi memikirkan betapa peningkatan risiko kebakaran diproyeksikan terjadi pada masa mendatang, dengan kebakaran yang semakin ekstrem karena emisi gas rumah kaca, lanjutnya.
Di AS, pemerintahan presiden Joe Biden telah menyusun rencana bernilai 50 miliar dolar untuk menangani kebakaran hutan hebat yang telah menghanguskan banyak daerah di barat Amerika.
Para pejabat ingin penggunaan kebakaran dan penerbangan hutan terkendali -untuk mengurangi pepohonan dan vegetasi lainnya yang mudah terbakar- ditingkatkan lebih dari dua kali lipat di daerah-daerah paling berisiko. Hanya sebagian kegiatan itu yang memiliki dana sejauh ini.
Dowdy menambahkan, “Peningkatan kondisi kebakaran yang berbahaya digerakkan antara lain melalui peningkatan suhu. Ini juga dapat mempengaruhi kelembaban relatif udara yang menyebabkan sebagian vegetasi kering dan itu dapat semakin menyulut apa pun yang kering dan tersedia untuk membuat api berkobar di berbagai penjuru dunia.”
Laporan Frontiers menyatakan setiap tahun antara 2002 dan 2016, rata-rata 423 juta hektare wilayah terbakar di seluruh dunia. Ini mencakup daerah-daerah yang rawan kebakaran maupun yang sebelumnya tidak sering mengalami kebakaran. Sekarang ini semakin banyak kebakaran mulai terjadi di daerah-daerah itu juga, lanjut Dowdy.
Sementara kebakaran semakin hebat, api juga memicu kondisi cuaca berbahaya yang menyebabkan kebakaran menyebar lebih jauh.
Dowdy menjelaskan, pada beberapa kebakaran yang sangat ekstrem, kobaran api dapat menyebabkan badai petir, yang selanjutnya dapat menyulut kebakaran baru hingga jauh dari tempat awal kebakaran.
Selain perubahan iklim, kebakaran hutan parah semakin kerap terjadi karena deforestasi, perluasan lingkungan perkotaan dan upaya memadamkan kebakaran alami.
Kebakaran juga berdampak pada kesehatan manusia, karena api mengeluarkan polutan seperti karbon hitam dan partikel yang jauh terbawa tiupan angin.
Laporan PBB menyerukan investasi untuk mengurangi risiko kebakaran hutan, strategi pencegahan dan manajemen yang lebih baik, serta ditingkatkannya penggunaan satelit, radar dan pendeteksi petir untuk memantau kebakaran.
Untuk menghindari dampak yang mengerikan, kemampuan masyarakat bersiap menghadapi kebakaran ekstrem juga harus ditingkatkan sesuai laju perubahan iklim yang dipercepat oleh ancaman tersebut, ujar Dowdy.
"Dengan menyoroti hal ini, kami berharap berbagai kelompok di seluruh dunia dapat mengupayakan ditingkatkannya adaptasi perubahan iklim, selain mengurangi gas-gas rumah kaca untuk memperlambat laju pemanasan global,” imbuhnya.
Ini adalah edisi keempat laporan Frontiers. Edisi pertama terbit pada tahun 2016. Judul laporan ini adalah Noise, Blazes and Mismatches: Emerging Issues of Environmental Concern. Laporan tersebut dirilis beberapa hari menjelang dimulainya sidang kelima Majelis Lingkungan Hidup PBB. [uh/ab]