Tautan-tautan Akses

Karya Seni Diaspora Asal Purwakarta di Amerika jadi Kado Unik Pejabat dan Artis


Maulana Abdul Azis, diaspora asal Purwakarta pendiri Cutterme, seni potong kertas menyerupai potret stensil di Maryland, AS (dok: VOA)
Maulana Abdul Azis, diaspora asal Purwakarta pendiri Cutterme, seni potong kertas menyerupai potret stensil di Maryland, AS (dok: VOA)

Diaspora Indonesia asal Purwakarta, Maulana Abdul Azis di negara bagian Maryland, Amerika mendirikan Cutterme, usaha seni potong kertas yang unik. Hingga kini, Maulana telah menghasilkan sekitar 600 karya seni yang menjadi hadiah unik untuk banyak pejabat dan artis.

Berawal dari mengisi waktu luang untuk menghilangkan kejenuhan, diaspora Indonesia asal Purwakarta, Maulana Abdul Azis yang tinggal di negara bagian Maryland, AS, lalu menemukan kecintaannya dalam membuat karya seni yang unik, yang ia beri nama Cutterme.

Karyanya ini berupa seni potong kertas menggunakan cutter atau pemotong dengan mata pisau menyerupai silet, hingga membentuk wajah dalam tampilan seperti potret stensil.

Maulana Abdul Azis, diaspora asal Purwakarta pendiri Cutterme, seni potong kertas menyerupai potret stensil di Maryland, AS (dok: VOA)
Maulana Abdul Azis, diaspora asal Purwakarta pendiri Cutterme, seni potong kertas menyerupai potret stensil di Maryland, AS (dok: VOA)

“Jadi awalnya saya punya hobi belajar menggambar. Maksudnya mendesain ya, desain grafis, kemudian bergeser jadi bikin sketsa wajah. Kemudian bergeser lagi menggabungkan skill sketsa wajah, dengan pola-pola tertentu,” cerita Maulana Abdul Azis kepada VOA.

“Awalnya memang terobsesi bikin pola batik. Jadi, dari awal sudah spesifik bikin pola-pola batik, lalu digabung dengan sketsa, dan di print lalu saya potong dengan cutter,” tambahnya.

Maulana mulai memperkenalkan Cutterme tahun 2015 saat masih kuliah S1 jurusan linguistic di Universitas Al-Azhar di Kairo. Siapa yang menyangka jika karya seninya ini berhasil menarik perhatian banyak orang, khususnya mahasiswa asal Asia Tenggara.

“Setelah bisa bikin gambar, kemudian teman-teman di sekitar mengatakan, ‘oh, ini mirip juga, bagus juga.’ Ada teman (bilang) ‘minta dong biknin buat pacar saya, buat pdkt (pendekatan.red).’ Waktu itu belum dijual, tapi saya sudah berani bikin,” ujarnya.

Berhasil mendapat testimonial yang bagus dari orang-orang di sekitarnya, Maulana lantas mulai memberanikan diri untuk mengkomersilkan Cutterme. Tak disangka jika hobi yang dijadikan usaha ini membuahkan hasil yang bisa membiayai kehidupannya saat itu.

“Ternyata dari gambar ini saya bisa hidup waktu itu,” kenangnya.

Memang pesanan untuk Cutterme tidak datang setiap hari dan terkadang tidak bisa diprediksi. Biasanya pelanggan Maulana memesan karya seninya untuk kado ulang tahun atau acara tertentu.

“Dalam seminggu cuman sekali, atau dalam sebulan cuman ada tiga,” kata Maulana.

Namun, biasanya Maulana kebanjiran pesanan saat musim wisuda tiba. Tetapi, tidak hanya mahasiswa yang menjadi pelanggannya, Maulana juga pernah menghasilkan karya seni untuk beberapa pejabat, bahkan artis.

“Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, 2017 kalau enggak salah. Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, istrinya juga pernah, ketika menjabat jadi bupati, bu Anne, Ridwan kamil. Di kampus pejabat-pejabat rektor Al-Azhar, Russian University, Egypt, pejabat-pejabat lembaga kebahasaan di Giza pernah juga saya bikinkan. Sisanya selebriti, Najwa Shihab, Putri Ariani, Enzy Storia, Yuni Shara,” ujarnya.

Harga dari karya seni Maulana ini pun cukup beragam, mulai dari 200 ribu hingga 7 juta rupiah, tergantung ukuran dan kesulitan dari proses pembuatannya. Satu karya biasanya membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam.

“Makin kecil (polanya) semakin lama. Jadi sebenarnya yang menentukan bukan besar kecilnya (ukurang kertas), tapi seberapa kecil lubang-lubang pola yang perlu dipotong,” jelas Maulana.

“Meskipun sangat besar, tapi kalau polanya besar-besar ya, cepat juga,” tambahnya.

Tak jarang ia mendapat pesanan yang cukup unik dan menantang. Waktu itu iya diminta untuk membuat karya yang menampilkan sekitar 14 orang dengan ukuran yang besar dalam 1 karya seni.

“Mereka itu mengirimnya 1 foto dan mereka foto bersma. Sementara kendalanya adalah ketika bikin sketsa, kit butuh foto yang detil wajahnya jelas. Garis matanya, hidungnya, dan sebagainya. Sementara kalau foto bersama kan jaraknya jauh, kita zoom filenya juga keliatan runyam ya,” cerita Maulana.

Salah satu caranya adalah dengan meminta foto satu per satu dari ke-14 orang ini, yang kemudian ia jadikan satu dalam satu gambar. Tidak hanya pesanan yang unik, terkadang ia juga mendapat permintaan khusus dari pelanggannya.

“Bisa enggak misalnya pipinya dibikin tirus atau hidungnya lebih mancung atau apalah misalnya matanya lebih kecil,” ucap Maulana.

Cutterme: Seni Memotong Kertas Memakai Cutter, Membuat Potret Stensil
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:35 0:00

Diaspora Indonesia di negara bagian Maryland, Arya Winata, yang juga rekan kerja Maulana pernah mendapat karya seni Cutterme. Ia merasa senang dengan karya seni hasil buatan Maulana.

“Kalau saya lihat sih mirip sama saya, ya tembem-tembemnya mirip, gendut-gendutnya juga mirip. Dia potret saya disini sebagai pekerja dengan skateboard yang tinggal di tengah kota, karya ini memang time consuming dan meticulous banget memang bikinnya,” ujar Arya Winata kepada VOA.

Arya Winata dan karya seni Cutterme buatan Maulana Abdul Azis (dok: pribadi)
Arya Winata dan karya seni Cutterme buatan Maulana Abdul Azis (dok: pribadi)

Untuk saat ini memang Maulana belum bisa menerima banyak pesanan, karena menurutnya bisnis seperti Cutterme ini cukup menantang, khususnya ketika berusaha untuk mencari rekan kerja.

Menurutnya, banyak pertimbangan yang harus ia pikirkan ketika hobinya ini dijadikan bisnis. Ia pun harus memperhatikan selera pasar dan strategi.

“Ketika saya mengajak orang untuk ber-partner, dalam pengelolaan bisnisnya mungkin bisa. Tetapi dalam proses pengerjaannya itu susah, karena misalnya saya punya orderan 10 di waktu bersamaan, itu enggak bisa selesai dalam dua hari, 10 (pesanan) itu selesai. Pasti dua hari itu satu (pesanan).

“Jadi ketika mengajak orang untuk ‘ayo motong bareng,’ itu susah, karena orang ini harus dilatih dulu cara motongnya dan itu lama. Bahkan, saya pun mengakui produk yang saya jual di awal-awal, kalau sekarang saya lihat, pasti saya bilang, ‘jelek banget ya. Kok, saya berani banget jual?’” kata Maulana.

Maulana Abdul Azis, diaspora asal Purwakarta pendiri Cutterme, seni potong kertas menyerupai potret stensil di Maryland, AS (dok: VOA)
Maulana Abdul Azis, diaspora asal Purwakarta pendiri Cutterme, seni potong kertas menyerupai potret stensil di Maryland, AS (dok: VOA)

Hingga kini Maulana sudah menghasilkan 600 karya seni potong kertas. Walau rumit dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakannya, namun, Maulana menemukan kepuasan tersendiri di dalamnya.

“Saya bisa melihat reaksinya, senyumnya, puasnya, shock-nya, membekas gitu,” ucap Maulana.

“Dari 600 itu, yang membekas di saya itu justru yang saya kasih ke orang secara cuma-cuma,” jawabnya.

Namun, pada akhirnya, adalah keinginan dari Maulana untuk bisa memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, melalui hasil karya seninya. [di/dw]

Forum

XS
SM
MD
LG