Dengan mengerahkan pasukan penyerang angkatan laut Amerika ke perairan dekat Korea Utara, Presiden Amerika Donald Trump menimbulkan keprihatinan bahwa ia bersedia menempatkan kepentingan Amerika di atas kepentingan sekutu-sekutunya di kawasan itu.
Ancaman kekuatan militer terhadap Korea Utara telah memperoleh kredibilitas baru setelah serangan udara Amerika terhadap Suriah karena menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri. Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson mengatakan serangan militer terhadap Suriah itu adalah peringatan terhadap negara-negara lain, termasuk Korea Utara, bahwa tindakan mungkin dilakukan kalau negara tersebut merupakan ancaman.
“Saya kira Kim Jong-un takut melihat keadaan demikian,” kata pembelot yang juga analis Korea Utara Ahn Chan-il, dari Institut Dunia untuk Pengkajian Korea Utara.
Komando Pasifik mengatakan telah memerintahkan gugus USS Carl Vinson, kapal induk bertenaga nuklir dan kapal-kapal yang menyertainya, termasuk kapal-kapal perusak berpeluru kendali serta beberapa skuadron pesawat tempur, berlayar menuju Semenanjung Korea sebagai langkah berjaga-jaga, dengan mengemukakan alasan provokasi nuklir dan misil balistik yang gegabah, tidak bertanggung-jawab dan menggoyahkan oleh Pyongyang.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Moon Sang-kyun mengatakan hari Senin (10/4) pengerahan gugus penyerang kapal induk Carl Vinson ke kawasan itu adalah bersifat pertahanan.
“Mengingat bahwa kemungkinan provokasi strategis Korea Utara, terutama percobaan nuklir dan peluncuran misil sedang meningkat, Amerika mengambil langkah siaga penuh,” kata Moon. [gp]