Tekanan pada calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden agar merangkul kebijakan yang lebih progresif untuk menanggapi pandemi virus corona, pengangguran besar-besaran dan meluasnya protes ketidaksetaraan ras.
Para aktivis Demokrat yang condong ke kiri, tidak sabar dengan sikap Biden yang moderat, dan menuntut agenda perubahan untuk memberikan semangat kepada pemilih minoritas dan progresif dalam pemilihan presiden November mendatang.
Ketika mantan Wakil Presiden Joe Biden menjadi seorang senator, ia mendukung RUU tentang pembasmian kejahatan tahun 1994 yang menurut para kritikus menarget orang-orang kulit berwarna. Sekarang Biden, yang sebelumnya menjadi wakil Presiden Barack Obama, mendapat pertanyaan mengapa orang Amerika keturunan Afrika harus memilihnya.
“Ini keprihatinan yang sah, mereka harus skeptis. Yang bisa saya katakan hanyalah, tunjukkan kepada saya, dan perhatikan apa yang saya lakukan. Saya mendengarkan. Nilailah saya berdasarkan apa yang saya lakukan, apa yang saya katakan,” ujar Biden.
Dengan menyatakan pengalaman dalam kepemimpinan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan Partai Republik, Biden memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Demokrat ketika pandemi virus corona praktis menghentikan kampanyenya.
Biden menang dengan dukungan kuat dari warga kulit hitam Amerika dan warga Amerika umumnya yang lebih tua. Namun, banyak warga progresif muda mendukung Senator Bernie Sanders, pendorong program pemerintah yang luas untuk menyediakan perawatan kesehatan universal, pendidikan perguruan tinggi gratis dan peningkatan tunjangan bagi kelas pekerja.
Untuk mengalahkan Presiden Donald Trump dalam pemilihan presiden mendatang, Biden akan membutuhkan kedua kelompok utama itu untuk memberikan suara dalam jumlah besar.
Tetapi meletusnya aksi protes yang meluas atas ketidaksetaraan ras, berikut pandemi virus corona dan hilangnya jutaan pekerjaan, telah meningkatkan seruan untuk melakukan perubahan besar-besaran.
Pendekatan bipartisan Biden menghadapi kecaman dari para aktivis keadilan sosial yang mengatakan Biden terlalu sering menyerah pada tuntutan Partai Republik.
John Fortier adalah analis politik di Bipartisan Policy Center, sebuah lembaga studi kebijakan bipartisan. “Biden memiliki karir yang sangat panjang dan menduduki berbagai posisi selama lebih dari 40 tahun atau lebih, beberapa di antaranya tidak terlalu progresif menurut sudut pandang saat ini, dan tidak terlalu populer di kalangan progresif.”
Kini ada harapan yang semakin berkembang bahwa Biden akan memilih pasangannya sebagai wakil presiden, seorang perempuan keturunan Afrika-Amerika.
Tetapi langkah itu mungkin tidak cukup untuk menggalang kaum progresif yang menginginkan agar Biden mendukung reformasi peradilan pidana di bawah slogan “Defund the Police” (ajakan untuk tidak mendanai kepolisian) yang akan membatasi wewenang polisi.
Mereka juga ingin Biden menerima gagasan tentang perawatan kesehatan universal, yang dianjurkan oleh Sanders, serta kebijakan-kebijakan agresif untuk memerangi ketidaksetaraan ekonomi.
Akunna Cook adalah analis politik dari Third Way, lembaga penelitian politik dan kebijakan di Washington, D.C. “Tidak melakukan apa-apa bukanlah pilihan, ataupun menjadi orang yang hanya menghindari masalah. Saya pikir untuk menyelesaikan masalah ini diperlukan kebijakan yang berani.”
Walaupun kalangan progresif mungkin tidak puas dengan Biden, mereka tetap bersatu dalam menentang Trump, seperti disampaikan oleh John Fortier, analis politik dari Bipartisan Policy Center.
“Saya kira pada akhirnya, Biden akan mendapat dukungan progresif karena tidak ada pilihan lain,” tambah Fortier.
Dalam jajak pendapat nasional baru-baru ini, Biden unggul 13 poin atas Trump, dan hanya 35 persen responden mengatakan mereka akan mendukung Trump. Tetapi, para analis mengatakan pertikaian di kalangan Partai Demokrat atau membaiknya kembali perekonomian dapat mengubah dinamika persaingan yang bisa menguntungkan Trump. [lt/ii]