Sejumlah pejabat Indonesia kini sedang berada di Amerika. Di antaranya adalah wakil presiden terpilih Jusuf Kalla yang berada di Rochester, Minnesota dan Ketua PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang sedang berlibur di Los Angeles.
Dalam wawancara melalui telepon, Jusuf Kalla mengatakan keberadaannya di Amerika semata-mata untuk beristirahat, melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan dan menyiapkan rencana-rencana ke depan. “Kebetulan saja waktunya bersamaan dengan Ibu Megawati”, ujarnya.
Jusuf Kalla kembali menegaskan tiga prioritas utamanya setelah dilantik Oktober nanti, yang salah satu di antaranya adalah mencabut subsidi BBM.
Ia mengaku tidak khawatir menjadi tidak populer mengambil kebijakan itu. “Sudah bukan waktunya mencari popularitas… justru saatnya mengambil kebijakan-kebijakan yang tidak populer”, demikian ujar Jusuf Kalla pada wartawan VOA Eva Mazrieva.
Banyak analis di Amerika menyambut baik kemenangan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dalam pemilu presiden Indonesia Juli lalu, tetapi mereka juga mengingatkan keberadaan PDI-Perjuangan – partai pendukung utama pasangan ini – yang memiliki sejumlah isu pada masa lalu.
Direktur Forum Asia Tenggara di Shorenstein Asia Profesor Donald K. Emmerson terang-terangan mengingatkan hal ini. “Jokowi memang jauh lebih menjanjikan sebagai pemimpin baru dibanding Prabowo tetapi jangan lupa partai yang mengusungnya ke puncak kekuasaan. PDI-Perjuangan dan pimpinannya Megawati Soekarnoputri bukanlah orang baru, bukan orang luar, ia orang dalam yang juga pernah berada dalam lingkaran kekuasaan, dengan segala pencapaian dan masalahnya”, ujar pakar politik Universitas Stanford ini ketika diwawancara VOA beberapa saat setelah pengumuman kemenangan pasangan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden mendatang di Indonesia oleh Komisi Pemilihan Umum 22 Juli lalu.
Jusuf Kalla menampik anggapan bahwa dirinya akan mudah “disetir” PDI-Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri. “Bahwa kita berkonsultasi atau sowan dengan partai yang mendukung, khan wajar saja! Tetapi keyakinan bersama lah yang harus dijalankan”, tegasnya. Jusuf Kalla juga memuji Megawati Soekarnoputri sebagai seorang negarawan yang hebat.
Berikut wawancara VOA selengkapnya bersama Jusuf Kalla beberapa jam sebelum meninggalkan Rochester – Minnesota Senin malam (11/8).
VOA: Untuk kesekian kalinya Bapak masuk ke pemerintahan dan bersama Jokowi siap memimpin Indonesia untuk lima tahun ke depan. Apa ada target bersama yang sudah disusun dan siap diwujudkan dalam waktu dekat?
“Bagi saya memang bukan hal yang baru untuk masuk ke pemerintahan, jadi memang bukan sesuatu hal yang ‘surprise’ atau mengejutkan. Yang masalah sekarang adalah bagaimana mengatur ulang waktu. Dulu sempat bebas, tetapi sekarang kembali dihadapkan pada pekerjaan dengan tenggat tertentu. Juga kembali berfikir keras menghadapi masa-masa ekonomi kita yang sulit”.
VOA: Segera setelah pasangan Jokowi-JK terpilih, pasar bereaksi positif. Tidakkah hal ini menjadi signyal yang baik bagi pemerintahan Bapak kelak?
“Pasar itu khan harapan, yang bisa jadi baik atau jelek. Ketiga pasar bereaksi positif setelah pengumuman Juli lalu, artinya pasar berharap ekonomi di bawah pemerintahan kita berjalan baik. Meskipun saya ingin katakan sejak awal bahwa untuk mewujudkan harapan-harapan itu membutuhkan waktu. Pasar keuangan pastinya akan cepat berubah jika harapan-harapan itu tidak terwujud”.
VOA: Bisa jadi yang ditunggu-tunggu pasar – dan juga masyarakat – saat ini adalah formasi kabinet Bapak?
“Tentu. Tapi kabinet itu khan mengikuti apa program dan target yang ditetapkan. Siapapun menterinya, ia harus ikut apa yang kami rencanakan”.
VOA: Sudah sejauh apa pembentukan kabinet Jokowi-JK ini?
“Kami belum bicara orang. Baru tentang program dan target untuk memenuhinya. Karena yang dibutuhkan Indonesia sekarang adalah tindakan. Program sudah banyak, perencanaan sudah banyak, undang-undang sudah banyak – jangka menengah dan jangka panjang. Yang kita butuhkan tindakannya! Ini yang masih kurang”.
VOA: Belajar dari sebelumnya, masyarakat Indonesia tampaknya lebih percaya pada tindakan Bapak khan?
“Ah itu pandangan saja. Saya tetap percaya pada presiden sebagai nakhoda”.
VOA: Bapak juga pastinya sangat percaya pada kemampuan Jokowi sebagai presiden?
“Ya tentu! Yang terpenting adalah niat baik kita. Membuat Indonesia jadi lebih baik, kebijakan pemerintah lebih efesien dan yang terpenting – menyadari hal-hal yang masih kurang, yang masih terasa sulit bagi masyarakat. Subsidi yang demikian tinggi, impor yang juga masih banyak. Ini tantangan berat yang harus dilaksanakan segera”.
VOA: Jika bisa disebutkan tiga saja kebijakan utama dan segera akan Bapak ambil begitu dilantik?
“Yang paling pokok, paling mudah tapi paling banyak tantangannya adalah mengurangi subsidi! Begitu subsidi dikurangi, kita bisa lebih cepat bergerak. Kedua, meningkatkan stabilitas di dalam negeri. Ketiga, menegakkan hukum”.
VOA: Apakah Bapak tidak khawatir mengambil kebijakan tidak populer seperti mencabut subsidi?
“Bukan waktunya lagi kita mencari popularitas. Sudah selesai itu! Pemerintahan apapun jangan lagi bicara popularitas pada tahun pertama hingga ketiga. Justru saatnya mengambil kebijakan-kebijakan yang tidak populer”.
VOA: Jadi Bapak yakin mencabut subsidi dan menaikkan BBM misalnya, masyarakat Indonesia tidak akan protes pada pemerintah?
“Pasti ada saja yang protes, tapi saya yakin akan lebih banyak yang bisa menerima karena jika tidak bagaimana negeri ini? Infrastruktur bisa tidak jalan, ekonominya lambat. Masalah-masalah sosial yang muncul juga tidak pernah bisa terselesaikan. Jadi memang tidak ada cara lain!”
VOA: Pengamat-pengamat Amerika menyambut baik terpilihnya Jokowi-JK tetapi juga mengingatkan keberadaan partai pendukung di belakang Bapak – PDI-Perjuangan – yang menurut mereka, sewaktu berkuasa dulu juga tidak luput dari persoalan dan berbagai isu lain. Bagaimana menurut Bapak?
“Isu itu sangat dinamis, tergantung Anda ada di mana. Seperti juga di Amerika. Jika Anda ada di pemerintahan, isunya berbeda dengan kalau Anda ada di pemerintahan”.
VOA: Bapak yakin PDI-Perjuangan tidak akan “menyetir” Bapak atau Pak Jokowi kelak?
“Bahwa kita berkonsultasi dengan partai yang mendukung, khan wajar saja. Tetapi keyakinan bersama lah yang harus kita jalankan”.
VOA: Bapak yakin memiliki keyakinan yang sama dengan Megawati Soekarnoputri dan PDI-Perjuangan?
“Ibu Megawati itu seorang negarawan yang hebat. Coba Anda lihat, ketika semua pimpinan partai ingin jadi presiden, beliau tidak! Justru menginginkan agar orang yang lebih mampu dan lebih disukai masyarakat yang maju. Ia mendorong. Apakah itu bukan negarawan yang hebat dibanding yang lain?”
VOA: Bapak tentunya lebih mengetahui kapabilitas Megawati, tetapi yang kami lihat di permukaan adalah bagaimana Bapak dan Pak Jokowi beramai-ramai “sowan” kepadanya ketika hendak dicalonkan, menjelang pemungutan suara dan bahkan menjelang pengumuman. Tentunya tidak salah jika kemudian muncul anggapan bahwa Bapak dan Pak Jokowi bisa “disetir” Megawati atau PDI-Perjuangan?
“Wajar saja khan karena Megawati yang mengusulkan dan mendorong kami menjadi calon presiden dan wakil presiden. Ia juga yang memiliki partai yang paling besar. Wajar saja jika kami sowan dan berkonsultasi. Pengalaman saya waktu beliau jadi presiden dan saya menjadi menteri, beliau tidak pernah mencampuri hal-hal yang detail. Beliau hanya mencampuri hal-hal yang prinsip. Sekarang khan beliau – katakanlah – sudah bukan presiden, tetapi tentu tetap kita hargai sebagai tempat berkonsultasi. Itu wajar saja bagi saya!”.
VOA: Nah kami mendapat kabar bahwa Bapak berada di Amerika sekarang ini bersama Megawati juga?
“Oh iya.. Megawati ada di Los Angeles. Saya di Rochester – Minnesota. Beliau sudah kembali ke tanah air. Saya baru malam ini pulang ke Indonesia”.
VOA: Misinya berbeda?
“Sama-sama beristirahat sebenarnya. Dua bulan lalu kami dihadapkan pada jadwal kampanye yang berat dan sebagainya. Sementara sekarang harus mempersiapkan diri menjalankan pemerintahan. Jika berada di Jakarta saya tidak bisa mempersiapkan diri, bahkan untuk sekedar membaca. Semua orang ingin ketemu, semua orang ingin berfoto. Padahal saya butuh waktu untuk beristirahat dan mempelajari masalah-masalah yang ada. Dan itu tidak bisa saya lakukan di Jakarta. Ini bukan libur total. Ini sekedar mencari waktu untuk istirahat dan mempelajari masalah-masalah yang bakal saya hadapi dan membuat perencanaan ke depan”.
VOA: Sempat bertemu pejabat-pejabat Amerika disini?
“Wah tidak! Sama sekali tidak!”.
VOA: Atau (untuk) berobat?
“Annual check-up. Saya rutin melakukan annual check-up disini sekali setahun. Jadi saya lanjutkan saja sekarang. Saya tidak sakit, sekedar melakukan annual check-up. Insya Allah sehat terus”.