Militer Myanmar menggerebek sebuah kantor berita yang berbasis di Rakhine dan menangkap seorang reporter dan seorang pekerja di kantor itu, lapor VOA Burma. Tindakan tersebut menggarisbawahi tindakan keras militer yang tiada henti terhadap media pascakudeta.
Penggerebekan kantor Development Media Group (DMG) terjadi pada Minggu (29/10) sore. Zaw Zaw, juru bicara outlet itu, mengatakan kepada VOA Burma bahwa pihak berwenang menyita peralatan dan menangkap seorang jurnalis dan seorang penjaga keamanan.
Pada hari yang sama, militer mengumumkan penangkapan seorang mantan perwira militer yang pernah menjabat sebagai menteri informasi di bawah pemerintahan sebelumnya yang didukung militer.
Ye Htut, sang mantan menteri yang dimaksud, didakwa menyebarkan berita palsu atau menghasut di akun Facebook-nya dan terancam hukuman tiga tahun penjara.
Penggerebekan outlet berita dan penangkapan mantan menteri menggarisbawahi bahwa militer Myanmar, Tatmadaw, terus membatasi kebebasan berpendapat dalam 2,5 tahun setelah merebut kekuasaan melalui kudeta.
Pada awal bulan ini, kelompok riset independen Data for Myanmar melaporkan bahwa lebih dari 1.300 orang telah ditahan di Myanmar karena mengkritik militer dan menunjukkan dukungan kepada kelompok oposisi di media sosial antara Februari 2022 hingga September 2023.
Sejak kudeta, hanya sedikit wartawan yang terus beroperasi di Myanmar karena risiko keamanan yang tinggi. Myanmar merupakan salah satu negara dengan jumlah pemenjaraan jurnalis terburuk di dunia, dengan 42 jurnalis dipenjara pada akhir tahun 2022, menurut Komite Perlindungan Jurnalis.
Setelah pihak berwenang menahan jurnalis DMG, Htet Aung, dan seorang petugas keamanan kantor tersebut, Soe Win Aung, para pekerja DMG kini telah bersembunyi, lapor Radio Free Asia. [ka/lt]
Forum