Sembilan belas Juni, merupakan tanggal ketika kelompok terakhir warga Amerika keturunan Afrika diberitahu bahwa mereka dibebaskan dari perbudakan 155 tahun silam.
Proklamasi Emansipasi membebaskan budak-budak di negara bagian-negara bagian di wilayah selatan Amerika Serikat pada tahun 1863, tetapi kelompok terakhir orang-orang yang diperbudak, di negara bagian Texas, baru mengetahui pernyataan mengenai kebebasan mereka pada tahun 1865, sewaktu pasukan Union tiba di kota Galveston.
Tahun berikutnya, para mantan budak mulai merayakan di Galveston apa yang disebut sebagai Juneteenth, gabungan antara kata “June” atau bulan Juni, dan “19th” atau tanggal 19. Perayaan ini akhirnya menyebar ke berbagai negara bagian Amerika lainnya serta negara-negara lain seperti Ghana, Korea Selatan dan Israel.
Beberapa negara bagian di AS, termasuk Virginia dan New York, telah menetapkan "Juneteenth" sebagai hari libur berbayar bagi para pegawai negara bagian. Beberapa perusahaan juga memberi hari libur untuk karyawan mereka.
Berbagai kelompok telah mengurangi kegiatan pawai tradisional dan konser di berbagai penjuru AS tahun ini karena pandemi Covid-19, dan lebih mendukung peringatan virtual seraya menerapkan social distancing.
Kelompok-kelompok lainnya terlibat dalam protes-protes damai, melakukan gerakan pendaftaran pemilih, dan kampanye untuk memajukan bisnis-bisnis milik warga kulit hitam.
Presiden AS Donald Trump mengemukakan dalam suatu pernyataan hari Jumat (19/6) bahwa Juneteenth “merupakan peringatan tentang suatu keburukan dalam sejarah kita dan perayaan atas kemampuan bangsa kita yang tak tertandingi untuk menang atas kegelapan.” [uh/ab]
