Menteri Keuangan Bangladesh mengatakan musibah ambruknya kompleks pabrik garmen pekan lalu tidak terlalu serius, sementara jumlah koban akibat musibah itu mencapai menembus angka 500.
Abul Maal Muhith hari Jumat mengatakan, musibah itu adalah sebuah kecelakaan, dan ia tidak khawatir bahwa itu akan membuat pengecer garmen di negara-negara lain akan meninggalkan Bangladesh. Menurutnya, kecelakaan seperti itu terjadi dimana-mana.
Industri tekstil Bangladesh yang bernilai 20 miliar dolar merupakan 80 persen dari ekspor negara itu.
Para pejabat mengeluarkan angka terbaru hari Jumat (3/5), setelah para pekerja mengangkat jenazah lagi dari reruntuhan.
Hari Kamis, industri tekstil di negara itu kembali dibuka setelah kegiatan produksi industri tersebut sempat dihentikan selama seminggu, karena musibah rubuhnya bangunan dekat Dhaka 24 April yang lalu.
Walikota Savar, lokasi dimana gedung yang ambruk tersebut berada, diberhentikan dari jabatan hari Kamis (2/5), sementara para pekerja perusahaan pakaian jadi di wilayah tersebut kembali bekerja. Para pejabat setempat mengatakan Mohammad Refat Ullah akan dikenai dakwaan terkait musibah industri terbesar di negara tersebut.
Pihak berwenang sebelumnya telah menangkap sembilan orang, termasuk pemilik gedung itu, para pemilik perusahaan pakaian jadi yang bertempat dalam gedung tersebut dan para insinyur bangunan.
Salah seorang yang ditangkap terkait musibah tersebut bernama Abdur Razzak Khan, insinyur yang memperingatkan adanya keretakan pada gedung tersebut, sehari sebelum musibah tersebut terjadi pekan lalu. Polisi mengatakan mereka menangkapnya terkait peranannya dalam awal pembangunan gedung itu.
Sementara itu, Tim SAR terus menggunakan peralatan berat untuk membersihkan tempat itu. Para pejabat memperkirakan jumlah korban akan meningkat karena masih ada sekitar 150 orang yang masih belum diketahui nasibnya. Diperkirakan lebih dari 3000 orang berada dalam gedung itu ketika musibah tersebut terjadi.
Abul Maal Muhith hari Jumat mengatakan, musibah itu adalah sebuah kecelakaan, dan ia tidak khawatir bahwa itu akan membuat pengecer garmen di negara-negara lain akan meninggalkan Bangladesh. Menurutnya, kecelakaan seperti itu terjadi dimana-mana.
Industri tekstil Bangladesh yang bernilai 20 miliar dolar merupakan 80 persen dari ekspor negara itu.
Para pejabat mengeluarkan angka terbaru hari Jumat (3/5), setelah para pekerja mengangkat jenazah lagi dari reruntuhan.
Hari Kamis, industri tekstil di negara itu kembali dibuka setelah kegiatan produksi industri tersebut sempat dihentikan selama seminggu, karena musibah rubuhnya bangunan dekat Dhaka 24 April yang lalu.
Walikota Savar, lokasi dimana gedung yang ambruk tersebut berada, diberhentikan dari jabatan hari Kamis (2/5), sementara para pekerja perusahaan pakaian jadi di wilayah tersebut kembali bekerja. Para pejabat setempat mengatakan Mohammad Refat Ullah akan dikenai dakwaan terkait musibah industri terbesar di negara tersebut.
Pihak berwenang sebelumnya telah menangkap sembilan orang, termasuk pemilik gedung itu, para pemilik perusahaan pakaian jadi yang bertempat dalam gedung tersebut dan para insinyur bangunan.
Salah seorang yang ditangkap terkait musibah tersebut bernama Abdur Razzak Khan, insinyur yang memperingatkan adanya keretakan pada gedung tersebut, sehari sebelum musibah tersebut terjadi pekan lalu. Polisi mengatakan mereka menangkapnya terkait peranannya dalam awal pembangunan gedung itu.
Sementara itu, Tim SAR terus menggunakan peralatan berat untuk membersihkan tempat itu. Para pejabat memperkirakan jumlah korban akan meningkat karena masih ada sekitar 150 orang yang masih belum diketahui nasibnya. Diperkirakan lebih dari 3000 orang berada dalam gedung itu ketika musibah tersebut terjadi.