Tautan-tautan Akses

Jokowi Targetkan DKI Jakarta Capai Kekebalan Kelompok pada Agustus


Penumpang duduk di stasiun kereta sambil menunggu untuk kembali ke kampung halaman menjelang perayaan Idul Fitri, sebuah kegiatan yang dikenal dengan sebutan "mudik", di tengah pandemi COVID-19, di Jakarta, 5 Mei 2021. (Foto: Reuters)
Penumpang duduk di stasiun kereta sambil menunggu untuk kembali ke kampung halaman menjelang perayaan Idul Fitri, sebuah kegiatan yang dikenal dengan sebutan "mudik", di tengah pandemi COVID-19, di Jakarta, 5 Mei 2021. (Foto: Reuters)

Presiden Joko Widodo menargetkan DKI Jakarta mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) pada Agustus mendatang. Mungkinkah?

Presiden Joko Widodo menginginkan DKI Jakarta mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok pada Agustus mendatang. Guna mencapai hal ini, katanya, pemerintah akan melakukan akselerasi program vaksinasi COVID-19 warga di Ibu Kota, mengingat vaksinasi bagi masyarakat umum berusia 18 tahun ke atas sudah dimulai.

Pada awalnya, target vaksinasi massal masyarakat umum di DKI Jakarta ditetapkan sekitar 5.000 orang per hari. Namun kemudian, Jokowi menginginkan, mulai minggu depan Pemprov DKI Jakarta bisa melakukannya sebanyak 100 ribu dosis per hari.

Presiden Jokowi Imbau Pemda Riau tingkatkan penanganan pandemi di wilayahnya. (Foto: Courtesy/Biro Pers)
Presiden Jokowi Imbau Pemda Riau tingkatkan penanganan pandemi di wilayahnya. (Foto: Courtesy/Biro Pers)

“Seratus ribu per hari, karena kita ingin mengejar herd immunity, kekebalan kelompok. Dan, kita harapkan dengan jumlah yang tadi sudah kita targetkan, di bulan Agustus nanti sudah bisa mencapai kekebalan kelompok, dan kita harapkan penyebaran COVID-19 di DKI Jakarta bisa kita hambat dan kita kurangi,” kata Jokowi usai meninjau program vaksinasi massal COVID-19, di Waduk Pluit, Jakarta, Senin (14/6).

Ia pun optimis target itu bisa tercapai karena jumlah vaksin yang tersedia sejauh ini mencukupi.

“Saya tadi sudah berbicara dengan Menteri Kesehatan, dengan Gubernur DKI Jakarta untuk manajemen pelaksanaannya dan persiapan jumlah vaksinnya. Dan, dari hitung-hitungan saya kira Insya Allah semuanya lancar,” tuturnya.

Percepatan program vaksinasi COVID-19, ujar Jokowi, dilakukan karena warga DKI Jakarta merupakan salah satu kota yang warganya mempunyai interaksi sosial dan mobilitas masyarakat yang cukup tinggi. Percepatan vaksinasi ini salah satunya dilakukan di Rumah Susun Tanah Tinggi, di Jakarta Pusat.

Seorang perempuan menghembuskan napas ke dalam plastik GeNose C19 untuk tes COVID-19 sebelum mudik Lebaran, di sebuah stasiun kereta di Jakarta, 5 Mei 2021. (Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters)
Seorang perempuan menghembuskan napas ke dalam plastik GeNose C19 untuk tes COVID-19 sebelum mudik Lebaran, di sebuah stasiun kereta di Jakarta, 5 Mei 2021. (Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters)

Menurutnya, rumah susun ini merupakan kawasan padat yang interaksi antar warganya cukup tinggi, sehingga diberikan prioritas untuk vaksinasi. Jokowi pun mengakui bahwa target herd immunity yang ingin dicapai pada Agustus nanti di DKI Jakarta cukup ambisius.

“Saya juga tadi telah menyampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta, untuk nanti di akhir Agustus target 7,5 juta penduduk di Jakarta harus sudah tervaksinasi," katanya.

"Ini memang target yang sangat ambisius, tetapi mau tidak mau kita harus menuju ke sana untuk mencapai kekebalan kelompok, herd immunity dan saya berharap kerja keras semuanya baik di tingkat wali kota, kecamatan, kelurahan dan seluruh puskesmas dan rumah sakit yang ada di DKI Jakarta, karena DKI ini juga sama, interaksi antarmasyarakatnya tinggi, mobilitas masyarakatnya juga tinggi sehingga kecepatan vaksinasi sangat menentukan sekali penyebaran dari COVID-19,” papar Jokowi.

Jokowi Targetkan DKI Jakarta Capai Kekebalan Kelompok pada Agustus
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:00 0:00

Herd Immunity Sulit Dicapai

Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan target Presiden Jokowi tidak akan tercapai. Ia menjelaskan, di beberapa negara yang cakupan vaksinasi COVID-19 sudah luas sekalipun, seperti Israel dan Amerika Serikat, sampai saat ini herd immunity belum tercapai. Menurutnya, walaupun jangkauan vaksinasi nanti sudah mendekati target bukan berarti herd immunity serta merta akan terjadi.

Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Nurhadi Sucahyo)
Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Nurhadi Sucahyo)

“Karena ada isu lain seperti masalah bahwa berapa lama vaksin itu bertahan? Kemudian bagaimana vaksin itu efektif dalam mencegah penularan? Belum lagi yang sekarang menjadi ancaman serius adalah adanya varian baru seperti halnya varian delta yang memenuhi kriteria sebagai super strain yang memporak porandakan pada negara yang tadinya pandeminya terkendali,” ungkapnya kepada VOA.

Maka dari itu, kata Dicky sebuah negara tetap harus mensinergikan beberapa strategi untuk mengendalikan pandemi COVID-19 yakni dengan memperkuat aspek testing, isolasi, karantina dan dukungan perawatan yang memadai. Kemudian vaksinasi harus dilakukan secara massif dan agresif dengan strategi yang tepat dan dengan vaksin yang sudah terbukti efektif melawan varian baru.

“Jadi bicara pengendalian pandemi ini bukan hanya masalah vaksinasi saja. Jadi salah besar kalau kita hanya menitikberatkan pada program vaksinasi karena tidak ada negara yang terbukti bisa aman dari serangan gelombang akibat adanya varian baru hanya dengan mengandalkan vaksinasi. Contoh Australia bisa relatif aman karena pintu perbatasan betul-betul ditutup, 3T benar-benar menguat dan sekarang vaksinasi, dan strategi lockdownnya dilakukan dengan cepat, efektif. Ini yang harus dijadikan pelajaran bagi semua negara,” paparnya.

Dicky menyampaikan bahwa target herd immunity sangat sulit dicapai. Apalagi, katanya, belum ada vaksin COVID-19 yang terbukti aman untuk anak-anak dan ibu hamil.

Para komuter yang mengenakan masker wajah berjalan ke peron kereta mereka di stasiun kereta Tanah Abang di Jakarta pada 18 Agustus 2020. (Foto: AFP/Adek Berry)
Para komuter yang mengenakan masker wajah berjalan ke peron kereta mereka di stasiun kereta Tanah Abang di Jakarta pada 18 Agustus 2020. (Foto: AFP/Adek Berry)

“Kemudian fakta bahwa vaksin untuk anak belum ada, dalam artian yang memenuhi kriteria untuk benar-benar memproteksi, mencegah penularan, relatif aman, termasuk yang sudah di-approved WHO kan belum ada," katanya.

"Yang artinya ada 32 persen dari populasi (anak) dunia ini yang belum bisa di-cover. Selain itu belum ada vaksin untuk ibu hamil, ini yang menjadi masalah. Jadi saya menyarankan kita ini jangan sekali-kali membicarakan herd immunity pada jangka pendek, herd immunity umumnya ditempatkan dalam strategi jangka panjang,” pungkas Dicky. [gi/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG