Pemerintah mencurigai kuat perdagangan orang ada di balik peningkatan kedatangan Muslim Rohingya ke tanah air baru-baru ini, kata Presiden Joko Widodo, Jumat (8/12), dan berjanji untuk bekerja sama dengan kelompok-kelompok internasional untuk mengatasi masalah ini.
Lebih dari 1.200 orang Rohingya, kelompok minoritas yang teraniaya dari Myanmar, telah mendarat di Indonesia sejak bulan November, menurut Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) di Indonesia, sehingga memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat lokal mengenai besarnya eksodus tahun ini.
Selama bertahun-tahun banyak orang Rohingya yang melakukan perjalanan berbahaya dengan kapal yang sudah tidak baik kondisinya. Mereka berharap bisa mencapai negara tetangga, Thailand dan Bangladesh, atau lebih jauh lagi Malaysia dan Indonesia, dua negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Mereka kebanyakan menempuh perjalanan laut ini antara bulan November dan April ketika laut lebih tenang.
Indonesia telah lama menjadi tempat berlindung yang aman bagi warga Rohingya, namun tingginya volume kedatangan pengungsi dalam beberapa minggu terakhir telah menyebabkan peningkatan sentimen negatif di media sosial dan penolakan dari masyarakat di Aceh, wilayah paling barat di mana sebagian besar pengungsi itu berdatangan.
“Ada dugaan kuat bahwa jaringan perdagangan orang terlibat… Indonesia akan mengambil tindakan tegas terhadap mereka,” kata Jokowi dalam video yang disiarkan langsung, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Indonesia juga akan memberikan bantuan kemanusiaan sementara kepada Rohingya namun tetap memprioritaskan penduduk lokal, katanya.
Sebuah demonstrasi terjadi di tempat penampungan Rohingya di Sabang, Aceh, pada hari Kamis. Masyarakat setempat menuntut relokasi segera para pengungsi itu ke tempat lain, menurut media lokal, yang menunjukkan rekaman video protes tersebut.
Indonesia bukan negara penandatangan Konvensi PBB tentang Pengungsi tahun 1951 namun memiliki sejarah menerima pengungsi ketika mereka tiba, sehingga mendapatkan pujian dari UNHCR. [ab/uh]
Forum