Tautan-tautan Akses

JK: Taliban Siap Buka Kerja Sama dengan Dunia; Buat Aturan Baru Soal Perempuan


Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyapa Menteri Pertahanan Afghanistan Mullah Mohammad Yaqoob sebelum pertemuan di kantor Kementerian Pertahanan Afghanistan di Kabul, Senin, 3 Juni 2024. (Foto: Dewan Masjid Indonesia)
Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyapa Menteri Pertahanan Afghanistan Mullah Mohammad Yaqoob sebelum pertemuan di kantor Kementerian Pertahanan Afghanistan di Kabul, Senin, 3 Juni 2024. (Foto: Dewan Masjid Indonesia)

Afghanistan di bawah kepemimpinan baru, Taliban, meminta mantan Wapres RI Jusuf Kalla untuk menyampaikan kepada dunia luar bahwa mereka siap menjalin kerja sama baru. Untuk itu, Taliban bersiap mengeluarkan aturan baru mengenai partisipasi perempuan dan memastikan situasi keamanan di negara itu. 

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) minggu ini kembali melawat ke Kabul, ibu kota Afghanistan. Selain bersilaturahmi dengan sejumlah pejabat tinggi Taliban, JK juga berdiskusi tentang beragam hal. JK sudah mengenal sebagian besar pejabat Taliban dari sejak era perundingan perdamaian yang dimediasinya saat menjabat sebagai wapres pada 2014-2019.

Salah satu yang dibicarakan intensif sedikitnya dengan enam menteri kabinet Taliban adalah soal kesiapan mereka membuka diri pada dunia internasional.

Dalam wawancara dengan VOA pada Selasa (4/6), JK menjelaskan ada tiga hal yang dibicarakan dalam pertemuan dengan Taliban pada Senin (3/6). Isu pertama adalah bagaimana meningkatkan peran perempuan.

“Saya tekankan bahwa mereka harus memberi pendidikan kepada perempuan untuk memainkan peran lebih besar karena ini jadi isu besar di luar,” papar JK.

Mantan Wakil Presiden RI sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla (Foto: Dewan Masjid Indonesia)
Mantan Wakil Presiden RI sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla (Foto: Dewan Masjid Indonesia)

Hal kedua yang dibahas adalah bagaimana tingkat keamanan, yang menurut JK langsung dijawab oleh Taliban bahwa mereka siap menjamin.

Isu terakhir yang dibahas, imbuh JK, adalah peningkatan usaha dan bisnis dari luar ke negara tersebut. Selain itu juga dibahas upaya memperbaiki hubungan dengan negara luar, termasuk Amerika Serikat (AS).

“Mereka minta bantuan saya apakah bersedia membantu komunikasi dengan negara-negara Barat, termasuk Amerika, supaya bisa lebih baik. Saya bilang cara yang terbaik seperti Perang Vietnam, dulu Amerika berperang habis-habisan, tetapi kemudian justru bersahabat dan orang-orang Vietnam,” kata JK.

Aturan Baru Pemisahan Perempuan dan Laki-laki

Menurut JK, Menteri Pertahanan Afghanistan Mullah Mohammad Yaqoob Mujahid memahami hal itu. Namun khusus mengenai pendidikan bagi anak perempuan dan partisipasi perempuan di ruang publik, Taliban meminta JK melihat langsung situasi di Kabul, di mana perempuan mulai ikut memasuki dunia kerja dengan bekerja di rumah sakit dan fasilitas pemerintah.

“Saya katakan bahwa itu saja belum cukup. Saya mendesak juga untuk membantu pendidikan bagi kaum perempuan. Malah saya tawarkan untuk membuat sekolah seperti 'Sahabat Perempuan',” kata JK.

Menurut JK, pada prinsipnya Taliban setuju, tetapi meminta untuk menunggu pemberlakuan aturan baru yang akan memisahkan murid laki-laki dan perempuan.

“Saya kira ini OK saja. Saya juga sampaikan kepada mereka, ingat siapa Siti Khatidjah, istri Nabi adalah pengusaha hebat. Juga Aisyah, juga punya pendidikan yang baik. Mereka (Taliban.red) memahami hal ini dan lagi-lagi mengatakan sedang menyiapkan aturan baru yang akan memisahkan laki-laki dan perempuan di sekolah dan tempat kerja,” kata JK lebih lanjut.

Taliban belum merinci aturan baru itu atau soal kapan laporan tersebut akan diberlakukan.

Suasana pertemuan antara mantan Wapres RI sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla dan Menteri Pertahanan Afghanistan Mullah Mohammad Yaqoob di kantor Kementerian Pertahanan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 3 Juni 2024. (Foto: Dewan Masjid Indonesia)
Suasana pertemuan antara mantan Wapres RI sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla dan Menteri Pertahanan Afghanistan Mullah Mohammad Yaqoob di kantor Kementerian Pertahanan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 3 Juni 2024. (Foto: Dewan Masjid Indonesia)

Pakar: Taliban Serius Ingin Ubah Cara Pandang Dunia pada Afghanistan

Dihubungi secara terpisah melalui telepon, doktor antropologi di Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh, yang banyak menekuni studi kelompok-kelompok radikal, Al Chaidar, mengatakan dari hasil pertemuannya dengan sejumlah tokoh muda Taliban di Madinah, Arab Saudi, dan di Kuala Lumpur, Malaysia, tampak jelas bahwa Taliban sedang berupaya keras mengubah kinerjanya di Afghanistan agar cara pandang dunia pada mereka juga berubah.

“Terakhir kami komunikasi dengan beberapa orang Taliban yang ada di Madinah dan Kuala Lumpur, dan beberapa tempat lain secara virtual, mereka mengabarkan tentang perubahan yang sangat signifikan yang sedang terjadi," katanya.

Pakar terorisme Al Chaidar. (Foto: Dok Pribadi)
Pakar terorisme Al Chaidar. (Foto: Dok Pribadi)

"Mereka memang melihat bahwa masalah hak perempuan menjadi hal yang sangat serius. Secara kultural mereka dibesarkan dalam mahzab Maliki yang ketat. Ada keinginan dari mereka untuk berubah karena banyak faksi dalam Taliban yang bermahzab Hanafi yang jauh lebih liberal dan memberi keleluasaan bagi perempuan, dan bagi mereka itu harus dimulai dari negara," imbuh Al Chaidar.

Jusuf Kalla juga mengindikasikan pergesekan di antara faksi dan pemimpin muda Taliban dalam pembicaraan dengan VOA.

JK mengatakan bisa jadi hal ini dikarenakan Taliban sedang mengalami dilema.

“Ada aturan kalau pasien perempuan, harus diperiksa oleh dokter perempuan, dilayani oleh suster perempuan. Tapi bagaimana mereka bisa punya dokter dan perawat perempuan, jika sedari kecil sekolah mereka dibatasi. Waktu saya sampaikan logika ini, mereka bilang bahwa mereka tidak membatasi perempuan bersekolah, tapi sedang membuat aturan yang lebih baik. OK lah, kita tunggu itu,” katanya.

Afghanistan Janji Tak akan Ada Ancaman Keamanan

Jusuf Kalla, yang juga melawat ke kota-kota lain di luar Kabul, mengatakan dia melihat sendiri geliat kehidupan di negara berpenduduk 43,2 juta jiwa itu. Amnesti yang diberikan Taliban kepada bekas pegawai pemerintahan sebelumnya, termasuk tentara, untuk tidak dijatuhi hukuman jika bekerja dengan pemerintahan baru, terbukti berhasil.

“Kabul malah macet, sama seperti Jakarta,” imbuh JK.

Taliban Defence Minister Mullah Mohammad Yaqoob
Taliban Defence Minister Mullah Mohammad Yaqoob

Menteri Pertahanan Afghanistan Mullah Mohammad Yaqoob Mujahid yang ditemui JK itu adalah putra sulung pendiri dan pemimpin pertama Taliban, Mullah Omar. Ia adalah salah satu dari tujuh menteri Afghanistan yang ditemuinya.

JK mengatakan Yaqoob Mujahid berulang kali menekankan “Afghanistan ingin punya hubungan baik dengan seluruh dunia, termasuk negara-negara Barat – dan Amerika – serta khususnya negara-negara Muslim.”

Mengutip pernyataan Yaqoob Mujahid kepadanya, JK mengatakan “kami (Taliban.red) sudah janji sekarang tidak akan mengganggu negara-negara lain, tetapi masih ada propaganda seolah-olah di sini ada ancaman. Padahal kami sudah tegaskan tidak ada ancaman terhadap siapa pun.”

Yaqoob Mujahid, tambah JK, juga mengatakan kepadanya bahwa “Amerika perang sama kami 20 tahun, tapi kami siap punya hubungan politik dan lainnya dengan mereka.”

Al Chaidar menilai sikap seperti yang disampaikan Yaqoob Mujahid ini menunjukkan sikap membuka diri, yang selama ini sulit dilakukan.

“Taliban sudah membuka diri, meskipun belum terlalu lebar, masih terbatas, tapi ini adalah pintu masuk bagi dunia internasional untuk mendorong Afghanistan yang lebih memberi kesempatan pada perempuan, lebih modern, dan mengubah sikap yang sangat ortodoks di negara itu.”

JK Bertemu Petinggi Hamas di Malaysia

Kurang dari sebulan sebelum terbang ke Kabul, Jusuf Kalla pada 5 Mei lalu juga melangsungkan pertemuan dengan salah seorang petinggi kelompok militan Hamas di pinggiran Kuala Lumpur, Malaysia.

Dalam pertemuan tertutup selama tiga jam dengan Dr. Bassem Naim, yang disebut-sebut sebagai Menteri Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, JK diminta membantu menjembatani perundingan damai antara Hamas dan Israel.

Salah seorang delegasi JK dalam pertemuan itu, Hamid Awaluddin, dikutip sebagai mengatakan beberapa anggota kelompok militan itu sebelumnya menghubungi dirinya untuk bertemu JK di suatu lokasi. Belum ada perincian dari hasil pertemuan itu.

Dalam wawancara dengan VOA, Jusuf Kalla mengatakan tidak takut jika ia dinilai sebagai tokoh radikal karena bertemu dengan kelompok-kelompok militan seperti Hamas dan Taliban.

“Tidak masalah itu, sudah berkali-kali saya dituduh radikal. Orang mengatakan mengapa Bapak bertemu dengan teroris? Saya tanya balik, teroris yang bagaimana? Mereka (Taliban.red) ingin membebaskan negerinya dari pendudukan Amerika, ini sama saja dengan pejuang-pejuang kemerdekaan kita di tahun 1945 yang dijuluki ekstremis. Ini sebutan-sebutan di era kolonial,” tegas JK.

Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini tidak merinci langkah yang akan diambilnya terkait permohonan Taliban untuk membantu mengkomunikasikan dengan negara-negara Barat - termasuk Amerika - tentang kesiapan Taliban memulai kerja sama babak baru. Namun tokoh berusia 82 tahun ini masih akan berada di Afghanistan selama beberapa hari lagi. [em/ft]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG