Pesawat-pesawat tempur negara Teluk Arab membom target-target pemberontak Syiah Houthi di Yaman, Kamis (26/3), sementara serangan militer pimpinan Arab Saudi berlanjut.
Serangan-serangan udara itu terfokus pada instalasi-instalasi militer dan ibukota Sana’a yang dikuasai pemberontak, termasuk bandara utama.
Sejumlah pejabat Houthi mengatakan sedikitnya 18 orang tewas dan 24 lainnya terluka.
Seorang juru bicara militer Saudi mengatakan saat ini tidak ada rencana bagi pasukan darat untuk melintas masuk ke Yaman. Namun ia mengatakan, Saudi dan pasukan sekutunya siap jika memang diperlukan,
Duta Besar Saudi untuk Amerika, Adel al-Jubeir mengatakan kepada televisi CNN, Kamis, tindakan pimpinan Saudi itu dirancang untuk menghentikan sebuah milisi radikal mengambil alih Yaman. Ia mengatakan, Saudi berusaha berunding dengan Houthi, namun kelompok pemberontak itu menolak mematuhi 67 kesepakatan terpisah untuk menghentikan agresi mereka di Yaman.
Ia juga mengatakan, Saudi telah berkonsultasi erat dengan Gedung Putih selama berbulan-bulan mengenai kemungkinan tindakan militer di Yaman. Gedung Putih mengatakan, Amerika menyuplai dukungan logistik dan intelijen untuk tindakan Saudi itu.
Iran yang mendukung pemberontak Shiah Houthi untuk menyingkirkan Presiden Hadi, menyebut operasi itu sebuah “langkah yang berbahaya” yang akan memperburuk krisis di Yaman.
Sementara itu stasiun-stasiun televisi Arab melaporkan Presiden Hadi hari Kamis tiba di Riyadh ibukota Arab Saudi. Keberadaannya tidak diketahui setelah ia melarikan diri dari kompleks kepresidenan di Aden hari Rabu ketika pasukan Houthi mendekati kota utama di Yaman selatan.