Jepang menyatakan Korea Utara masih terus merupakan ancaman yang serius dan bisa muncul sewaktu-waktu terhadap keamanan nasionalnya, meskipun rezim di negara tersebut sibuk melakukan langkah-langkah diplomatik ke dunia luar.
Penilaian tersebut merupakan kesimpulan dalam dokumen kebijakan pertahanan tahunan Jepang yang diterbitkan Selasa (28/8). Militer mencatat bahwa Korea Utara telah melakukan tiga uji coba nuklir dan menguji tembak lebih dari 40 rudal balistik sejak 2016, sebagian di antaranya melintasi angkasa Jepang.
Tokyo menyatakan berencana membeli dua Aegis Ashore, stasiun pelacak radar pertahanan udara buatan Amerika, untuk memperkuat pertahanannya terhadap kemungkinan serangan rudal Korea Utara.
Laporan itu mengakui pendekatan diplomasi baru Pyongyang dengan lawan-lawannya, Korea Selatan dan Amerika Serikat, yang berpuncak pada KTT antara Presiden Amerika Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura pada 12 Juni lalu. Pada KTT tersebut kedua pemimpin menandatangani pernyataan yang mencakup janji Korea Utara, yang tidak dinyatakan secara tegas, untuk meninggalkan program nuklir dan rudal balistiknya.
Akan tetapi bagi Tokyo tidak ada perubahan dalam pengakuan dasar Jepang berkenaan dengan ancaman senjata nuklir dan rudal Korea Utara.
Dokumen kebijakan pertahanan Jepang juga menyatakan kekhawatiran mengenai penambahan kekuatan militer China yang meningkat, termasuk klaim teritorialnya yang meluas di Laut China Timur. [uh/ab]