Jepang saat ini sedang menyelidiki kemungkinan bocornya data-data penting dalam serangan siber terhadap Mitsubishi Electric Corp. sebelumnya tahun ini. Data-data itu termasuk informasi sensitif mengenai prototipe misil jelajah berkecepatan tinggi yang rencananya akan ditempatkan pada sistem pertahanan misil di pulau-pulau terpencil di Jepang untuk mengantisipasi keagresifan militer China di wilayah tersebut.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan kepada wartawan, Rabu (20/5), Kementerian Pertahanan sedang menyelidiki kemungkinan dampak bocornya informasi itu terhadap keamanan nasional. Namun, ia tidak merinci lebih jauh.
Kementerian Pertahanan Jepang selama ini sedang mempelajari misil prototipe yang dikenal dengan sebutan HGV. Misil itu bisa terbang dengan kecepatan supersonik dan juga sedang dkembangkan oleh AS, China dan Rusia.
Kementerian itu menduga informasi tersebut dicuri dari dokumen-dokumen yang dikirim dari beberapa produsen peralatan pertahanan yang terlibat dalam proses tender proyek itu. Mitsubishi Electric tidak berhasil memenangkan proyek itu.
Mitsubishi mengatakan, dalam sebuah pernyataannya, Rabu, pihaknya telah melaporkan kemungkinan bocornya informasi sensitif itu ke Kementerian Pertahanan, Feruari lalu.
Mitsubishi mengaku data pribadi sekitar 8.000 pegawainya kemungkinan juga bocor. Perusahaan itu mengatakan akan terus bekerja sama dalam penyelidikan itu dan berusaha untuk meningkatkan keamanan informasinya. Beberapa kontraktor pertahanan Jepang lainnya, seperti NEC Corp., Pasco Corp. dan Kobe Steel Ltd., juga dilanda serangan siber tahun ini. [ab/uh]