Para aktivis Suriah mengatakan jenazah paling sedikit 45 orang wanita dan anak-anak telah ditemukan di kota Homs. Para aktivis mengatakan sebagian dari jenazah itu telah rusak parah dan sebagian dari wanita tersebut telah diperkosa. Mereka menuduh pasukan pro-pemerintah sebagai pelaku pembantaian itu.
Para pejabat Suriah mengakui terjadinya pembantaian itu, tetapi menuduh orang-orang yang mereka sebut 'teroris bersenjata’ sebagai pelakunya.
Laporan kekejaman itu muncul ketika para menteri luar negeri Dewan Keamanan PBB bersiap-siap mengadakan pertemuan di New York, setelah misi perdamaian seorang utusan ke Suriah berakhir dengan kegagalan.
Inggris mengadakan pertemuan itu untuk membicarakan tentang Timur Tengah setahun setelah pergolakan Arab Spring. Tetapi, para diplomat memperkirakan kekerasan dan pembunuhan di Suriah akan mendominasi pembicaraan. Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton akan turut di antara para pejabat tinggi dalam pertemuan itu.
Rusia dan Tiongkok telah mem-veto resolusi PBB yang mengutuk penindakan maut pemerintah Suriah terhadap lawan-lawannya. Moskow dan Beijing mengatakan resolusi itu menyerukan campur-tangan dalam masalah dalam-negeri Suriah. Veto Rusia dan Tiongkok mengecewakan Washington, yang menghendaki para pekerja pertolongan dapat memasuki Suriah dan menolong kaum sipil.
Para pejabat PBB mengatakan 7.500 orang telah tewas dalam kekerasan satu tahun itu. Utusan PBB dan Liga Arab Kofi Annan meninggalkan Suriah hari Minggu tanpa persetujuan untuk menghentikan kekerasan.
Mantan Sekjen PBB itu mengatakan pengakhiran pertumpahan darah akan sulit, tetapi mengatakan pembicaraan dua harinya dengan Presiden Bashar al-Assad membuatnya optimistis. Annan mengatakan ia mendesak pemerintah Suriah agar segera menghentikan pembunuhan dan bersedia menerima perubahan dan reformasi.
Assad menyalahkan orang-orang yang disebutnya teroris yang didukung asing, dan mengatakan tidak mungkin untuk menerima solusi politik dengan kelompok-kelompok.