Amerika Serikat dan Jepang tengah mempertimbangkan sejumlah langkah untuk memperkuat kerja sama militer kedua negara. Sejumlah laporan menunjukkan bahwa aliansi ini akan mengalami salah satu peningkatan struktural terbesar dalam beberapa dekade.
Kemungkinan perubahan untuk mengatasi ancaman bersama yang muncul, seperti yang datang dari Korea Utara dan China, akan menjadi sorotan utama ketika Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam kunjungan kenegaraan di Washington pekan depan.
Selama kunjungan itu, sejumlah pejabat AS dan Jepang diperkirakan akan menyetujui peninjauan ulang kerangka kerja yang menjadi panduan interaksi antara pasukan pertahanan Jepang dengan sekitar 54.000 tentara AS yang ditempatkan di Jepang.
Kantor Berita Kyodo menyatakan bahwa militer AS secara khusus akan mempertimbangkan cara untuk memperkuat fungsi markas komandonya di Jepang, dengan melihat bahwa pengaturan yang ada saat ini tidak akan memungkinkan untuk melakukan koordinasi yang cukup jika terjadi konflik.
Jepang ingin Amerika Serikat menunjuk atau mengangkat seorang komandan bintang empat untuk mengawasi pasukan AS di negara itu. Di bawah aturan saat ini, pasukan Amerika Serikat dipimpin jenderal bintang tiga dengan sedikit wewenang untuk melaksanakan operasi bersama. Jepang pun harus berkoordinasi dengan Komando Indo-Pasifik AS yang terletak lebih dari 6.000 kilometer di Hawai.
Pengaturan yang berlaku saat ini diberlakukan sejak tahun 1960-an, jauh sebelum pembangunan militer besar-besaran China dan akuisisi senjata nuklir Korea Utara. Dinamika keamanan Asia yang berubah ini lantas mendorong Jepang untuk mengambil peran yang proaktif dalam situasi tersebut.
Belum jelas perubahan apa yang akan diusulkan Amerika Serikat. Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menolak memberikan komentar kepada VOA terkait hal ini. Namun, peninjauan tersebut disambut baik oleh banyak pihak di komunitas pertahanan Jepang yang telah mendorong integrasi lebih besar antara pasukan kedua negara.
"Ini adalah langkah yang signifikan bagi aliansi," ujar Tetsuo Kotani, rekan senior di Institut Hubungan Internasional Jepang. "Dengan meningkatkan hubungan komando dan kendali, kita sebenarnya telah bersiap untuk berperang bersama, sehingga militer dari kedua negara dapat beroperasi secara bersamaan saat krisis berlangsung." [ti/rs]
Forum