Sekitar 519 personel Brimob yang berasal dari Resimen Kelapa Dua, Polda Lampung, Polda Jawa Tengah dan Polda Maluku tiba di Poso, Sulawesi Tengah pada Sabtu siang, 1 April 2017. Personel Brimob itu akan menggantikan 410 personel Brimob yang dikembalikan ke Polda Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Resimen Kelapa Dua, setelah bertugas selama 3 hingga 8 bulan terakhir dalam operasi Tinombala.
Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah AKBP Hari Suprapto kepada VoA melalui sambungan telepon mengatakan kedatangan ratusan Personel Brimob itu untuk penggantian serta penambahan perkuatan Polri dalam pelaksaan Operasi Tinombala yang diperpanjang dari 4 April hingga 2 Juli 2017. Operasi itu semula direncakan berakhir pada 3 April 2017. Operasi Tinombala 2017 sendiri merupakan upaya penegakan hukum untuk menuntaskan sisa kelompok teroris Santoso yang berjumlah 9 orang.
“Jadi sesuai dengan perencanaan operasi bahwa tanggal 4 ini dimulai perpanjangan Tinombala 2017 artinya tanggal 3 sudah berakhir untuk operasi Tinombala. Nah dalam kaitan ini juga diadakan pergantian pasukan khususnya untuk Polri,” ujar Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah, AKBP Hari Suprapto.
AKBP Hari Suprapto berharap dalam rentang waktu 3 bulan ke depan, kesembilan anggota kelompok teroris itu sepenuhnya dapat ditangkap sehingga tidak akan ada lagi ancaman terhadap gangguan keamanan maupun rasa aman warga masyarakat di Kabupaten Poso dimasa yang akan datang.
Ke 9 orang yang kini berada dalam daftar Pencarian Orang (DPO) Polisi itu masing-masing adalah Ali Ahmad alias Ali Kalora, Firdaus alias Daus alias Barok, Kholid, Askar alias Jaid alias Pak Guru, Basir, Qatar alias Parel, Moh Faizal alias Namnung dan Nas alias Galuh.
“Untuk orang yang utama adalah DPO, jadi DPO masih tetap sembilan dalam DPO Tinombala, kemudian untuk barang itu adalah berkaitan dengan senjata, amunisi, perlengkapan-perlengkapan yang mereka gunakan yang dalam kaitan ini adalah yang digunakan untuk melakukan gangguan keamanan,” jelas AKBP Hari Suprapto.
Diakuinya bahwa untuk mencari dan menangkap ke 9 tersangka teroris sisa Kelompok Santoso itu tidak akan berlangsung mudah karena kelompok itu berpindah-pindah tempat. Luas wilayah Operasi Tinombala mencapai ukuran 60 kilometer kali 40 kilometer atau 2400 kilometer persegi. Dalam operasi Tinombala, wilayah operasi itu dibagi dalam 4 sektor yang meliputi Kecamatan Poso Pesisir, Poso Pesisir Utara, Poso Pesisir Selatan dan Lembah Napu yang meliputi Kecamatan Lore utara, Lore Timur dan Lore Tengah. Tiga Ribu Pasukan gabungan TNI-POLRI ditempatkan di keempat sektor tersebut, sehingga pencarian terhadap kelompok yang bersembunyi di hutan pegunungan itu dapat dilakukan dari berbagai arah sekaligus menutup ruang-ruang kosong yang dapat dimanfaatkan mereka untuk melarikan diri maupun masuk ke perkampungan untuk mencari makan.
Sementara itu terkait ledakan keras di Poso pada Jumat 31 Maret 2017, Kapolres Poso AKBP Bogiek Sugiyarto memastikan ledakan itu disebabkan oleh Bom Pipa berdaya ledak rendah. Bom itu dirakit dengan menggunakan wadah pipa paralon berdiameter lima koma lima centimeter, dengan panjang dua belas sentimeter.
“Sudah dipastikan bahwa yang meledak kemarin itu jenisnya bom. Bom Pipa dengan diameter 5,5 cm. (Terkait pelaku) semuanya masih dalam proses penyelidikan sementara ini. Jenis bom pipa ini kan bom kecil saja. Dan sudah berapa kali, sudah sering ditemukan di wilayah Poso,” ujar Kapolres Poso, AKBP Bogiek Sugiyarto.
Hingga kini pihak kepolisian di Poso masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelaku dari aksi peledakan di tugu tengah kota Poso itu. [gp/yl]