Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan berbicara melalui telpon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (30/12), ujar seorang pejabat senior pemerintah pada Rabu (29/12).
Ia mengatakan pemimpin Amerika itu akan mengupayakan solusi diplomatik untuk meredakan ketegangan di sepanjang perbatasan Rusia dan Ukraina. “Untuk jalur diplomatik ke depan, kami bersiap melakukan diplomasi,” ujar pejabat itu pada wartawan. Ia menambahkan, “tetapi kami juga siap menanggapi jika Rusia melakukan invasi lebih lanjut ke Ukraina.”
Pembicaraan telpon, yang diminta oleh Putin itu, dilakukan menjelang pertemuan tingkat tinggi yang sangat dinanti-nantikan di Jenewa pada 10 Januari mendatang. Kedua presiden diperkirakan tidak akan hadir dalam pertemuan tersebut.
Pembicaraan melalui telpon ini merupakan yang kedua yang dilakukan kedua pemimpin bulan ini. Sebelumnya Biden dan Putin juga berbicara melalui telpon pada awal Desember lalu membahas soal 70.000 personil tentara Rusia yang berkumpul di sisi perbatasan Rusia, sebagaimana perkiraan intelijen dari citra satelit. Tetapi analis intelijen Amerika memperkirakan Putin berencana mengumpulkan sedikitnya 175.000 personil tentara.
Amerika berulangkali meyakinkan dukungannya pada Ukraina dan memberikan bantuan keamanan berniliah puluhan juta dolar.
Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken hari Rabu berbicara melalui telpon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Dalam sebuah pernyataan, Blinken mengatakan “ia menegaskan kembali dukungan tak tergoyahkan Amerika untuk kemerdekaan, kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina dalam menghadapi penumpukan militer Rusia di perbatasan Ukraina.”
Gedung Putih telah berulangkali mengatakan akan ada “konsekuensi signifikan” jika Rusia menyerang Ukraina. Ini mencakup sanksi ekonomi yang tegas dan peningkatan dukungan keamanan bagi Ukraina.
Zelenskiy mencuit “saya yakin akan dukungan penuh (Amerika) untuk (Ukraina) dalam melawan agresi Rusia.” Ia menggunakan emoji bendera untuk menunjukkan negara.
Pihak Kremlin belum mengomentari tentang rencana pembicaraan telepon kedua pemimpin itu, tetapi pada Rabu (29/12) mengatakan Perdana Menteri Mikhail Mishustin telah menghubungi para kepala negara-negara utama di kawasan tersebut yaitu Armenia, Azerbaijan dan Belarus. [em/rs]