Seorang ibu muda berusia 22 tahun meninggal di stasiun kereta api bawah tanah New York Senin malam (28/1) setelah terjatuh dari tangga ketika turun sambil membawa kereta dorong bayi. Bayi berusia satu tahun yang dibawanya selamat. Insiden ini memicu seruan pada pengelola kereta api bawah tanah untuk segera memperbaiki infrastruktur yang sebagian besar sulit diakses.
Malaysia Goodson ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di bawah anak tangga di stasiun kereta api bawah tanah 7th Avenue dan 53rd Street di New York Senin (28/1) malam. Putrinya yang berusia satu tahun, Rhylee, ditemukan di lokasi itu dalam keadaan selamat, tanpa cedera sedikit pun.
NBC News melaporkan polisi masih melakukan penyelidikan apakah Goodson mendorong atau mengangkat kereta dorong bayi itu menuruni tangga, tetapi ketika ditemukan tangannya berada di pegangan kereta dorong dan putrinya berada di dalamnya.
Stasiun kereta api di mana mayat Goodson ditemukan tidak memiliki satu elevator atau lift pun. Sementara dua tangga berjalan yang ada hanya menuju ke atas.
Menurut laporan suratkabar New York Times, tim pemeriksa medis masih berupaya menentukan penyebab kematian Goodson, apakah karena terjatuh atau karena kondisi medis lain. Laporan itu menambahkan Otorita Transit Metropolitan yang mengelola jaringan kereta api cepat dan stasiun kereta api bawah tanah di New York menyebut insiden itu sebagai “tragedi memilukan” dan menyatakan siap bekerjasama dengan polisi.
Warga NYC, Terutama Para Ibu, Marah
Insiden ini menimbulkan kemarahan sebagian besar warga, terutama pengguna kereta api bawah tanah yang memiliki anak-anak dan kerap harus membawa kereta dorong untuk naik dan turun kereta api. Juga kelompok difabel yang seringkali mengalami kesulitan menggunakan fasilitas publik ini.
Jamie Caldwell, seorang ibu dengan tiga anak, mengungkapkan kekhawatirannya jatuh dari tangga setiap kali harus naik turun tangga sambil membawa kereta dorong bayi.
Sementara Christine Pelosi menyampaikan rasa frustrasi para ibu dan warga berkebutuhan khusus yang harus menggunakan fasilitas publik yang tidak ramah.
Kritik serupa disampaikan seorang warga New York lainnya Lene E. Warren yang mempertanyakan mengapa setiap stasiun kereta api bawah tanah tidak dilengkapi dengan tangga berjalan atau eskalator, dan lift?
Dari 472 stasiun kereta api bawah tanah di Amerika, memang hanya seperempatnya yang memiliki tangga berjalan atau eskalator. Salah satu survei yang mengkaji efektifitas keberadaan tangga berjalan bahwa mendapati bahwa dari setiap tangga berjalan yang ada di stasiun kereta api bawah tanah mengalami sedikitnya 53 kali kerusakan setiap tahun.
Walikota NYC Serukan MTA Perbaiki Infrastruktur Kereta Api Bawah Tanah
Walikota New York Bill de Blasio juga menyuarakan urgensi perbaikan infrastruktur stasiun kereta api bawah tanah kotanya di Twitter, dengan mengatakan “Ini tragedi yang memilukan, yang seharusnya tidak pernah terjadi. Sistem kereta api bawah tanah seharusnya dapat diakses oleh siapa pun, dan ini merupakan lingkungan yang seharusnya diciptakan oleh MTA (otorita pengelola sistem kereta api bawah tanah di Amerika.red).”
Ketua Dewan Kota New York Corey Johnson menggarisbawahi hal serupa di Twitter. “Kurangnya aksesibilitas di sistem kereta api bawah tanah benar-benar menelan korban jiwa. Saya sangat terpukul dengan tragedi ini dan mendoakan keluarga yang menjadi korban. NYC harus melakukan lebih banyak hal bagi keluarga dan kelompok difabel,” cuit Corey.
Senator Brad Hoylman dari faksi Demokrat mengatakan telah mendorong MTA untuk berkomitmen melakukan pemulihan infrastruktur segera. Ia bahkan memasang jam waktu untuk melihat seberapa cepat MTA melakukan perbaikan.
Kelompok Difabel Berunjukrasa Tuntut Fasilitas Publik yang Ramah Difabel
Di tengah suhu sangat dingin, kelompok-kelompok difabel Rabu siang (30/1) berunjukrasa di depan stasiun kereta api bawah tanah dimana Malaysia Goodson meninggal. Selain bertujuan untuk memberi penghormatan kepada Malaysia Goodson, Center for Independence of the Disabled New York CIDNY yang memimpin unjukrasa ini ingin menggarisbawahi pesan penting kepada otorita berwenang yang mengelola sistem kereta api bawah tanah untuk memulai perbaikan infrastruktur yang aman dan nyaman bagi semua pengguna, termasuk kelompok difabel, secara lebih serius.
MTA tahun lalu telah mengumumkan rencana untuk memodernisasi sistem kereta api bawah tanah di New York. Rencana yang disebut sebagai “Fast Forward” itu mempersiapkan pembangunan instalasi lift di lebih dari 50 stasiun kereta api dalam lima tahun mendatang. Saat ini baru 19 stasiun kereta api bawah tanah New York yang memiliki lift.
Namun sejauh ini rencana “Fast Forward” yang diperkirakan memakan biaya sekitar 40 miliar dolar itu, belum mendapatkan pendanaan. (em)