Qatar mengumumkan akan keluar dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Januari 2019 karena ingin fokus meningkatkan produksi gas alam, kata Menteri Energi Qatar yang baru, Saad al-Kaabi, Senin (3/12), Reuters dan kantor berita AFP melaporkan.
Keputusan untuk mundur dari OPEC diambil setelah Qatar mengkaji cara-cara untuk meningkatkan perannya secara internasional dan merencanakan strategi jangka panjang, kata Kaabi seperti dikutip dari Reuters.
“Qatar telah memutuskan untuk mundur dari keanggotaan OPEC efektif Januari 2019 dan keputusan ini sudah dikomunikasikan dengan OPEC pagi ini,” kata Kaabi, yang juga kepala perusahaan minyak milik negara, Qatar Petroleum, dalam konferensi pers di Doha.
Kaabi menepis anggapan bahwa mundurnya negara itu dari keanggotaan OPEC karena perselisihan dengan Arab Saudi dan sekutunya.
Qatar bergabung dengan OPEC sejak 1961. Keputusan untuk keluar dari OPEC muncul pada saat situasi politik di Teluk sedang bergolak. Arab Saudi dan negara-negara sekutunya sudah memboikot Qatar selama 18 bulan. Sementara itu, Arab Saudi mendominasi kebijakan OPEC
Keputusan tersebut bersifat “teknis dan strategis” dan “tidak ada hubungannya dengan blokade,” kata Kaabi seperti dikutip dari AFP.
Tambah Kaabi, Qatar akan terus memproduksi minyak dan mencari kesepakatan dengan produsen minyak lainnya, termasuk Brazil, produsen minyak terbesar Amerika Latin.
Qatar memproduksi 600 ribu barel minyak per hari dan saat ini adalah negara produsen minyak terbesar ke-17 di dunia, menurut situs web world data.info.[ft/dw]