Tautan-tautan Akses

Jamur Pembasmi Nyamuk Malaria Dites di Burkina Faso


Nyamuk Aedes aegypti di laboratorium Universitas El Salvador, San Salvador, 3 Februari 2016. (Foto: dok).
Nyamuk Aedes aegypti di laboratorium Universitas El Salvador, San Salvador, 3 Februari 2016. (Foto: dok).

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) mengatakan hampir separuh populasi dunia berisiko terkena malaria. Upaya untuk memberantas penyakit ini memerlukan dua cara, yaitu melawan penyakit itu sendiri dan membasmi nyamuk-nyamuk yang membawa penyakit itu. Para periset Universitas Maryland sedang menguji coba sebuah cara baru untuk membasmi nyamuk di Burkina Faso.

Menurut sebuah organisasi pengawas malaria, penyakit yang dibawa oleh nyamuk itu adalah penyebab utama kematian anak di negara Afrika, Burkina Faso.

Dramane Ouedraogo kehilangan anaknya yang meningga dunia akibat malaria. "Kehilangan seorang anak sangat menyedihkan bagi saya, atau bagi orangtua manapun. Jadi apabila kita bisa menemukan solusi atas penyakit yang menewaskan anak saya dan orang lain, kita akan bersyukur. Mereka harus melakukan segala upaya untuk memberantas penyakit ini. Mereka harus membantu kita. Kami punya harapan dan kami bahagia dengan kemajuan proyek ini."

Lebih dari separuh populasi dunia berisiko mengidap malaria, terutama di Afrika.

Dan di wilayah itulah para periset Universitas Maryland menguji coba sebuah jamur yang bisa membunuh nyamuk yang menyentuhnya.“Kami ambil gen laba-laba untuk menghasilkan racun selektif serangga, kemudian menaruh gen itu ke dalam cendawan dengan diatur promoter (penggalak) yang hanya bekerja dalam darah serangga."

Para ilmuwan mengembangkan jamur pembasmi parasit malaria yang dibawa oleh nyamuk. (Foto: ilustrasi)
Para ilmuwan mengembangkan jamur pembasmi parasit malaria yang dibawa oleh nyamuk. (Foto: ilustrasi)

Jamur itu bekerja cepat dan efektif pada nyamuk-nyamuk pembawa malaria begitu jamur itu bersentuhan dengan nyamuk.

Brian Lovett dari Universitas Maryland mengatakan, "Apabila jamur ini melekat di tubuh nyamuk, jamur akan mengetahui itu dan menyusup ke dalam tubuh nyamuk."

Dalam uji coba, begitu jamur itu dilepaskan ke sebuah populasi nyamuk, nyamuk-nyamuk itu mati dalam sebulan.

Tapi keberhasilan di laboratorium bukan berarti sukses di alam, karenanya tim tersebut menguji coba jamur pembasmi nyamuk itu di Burkina Faso dengan bantuan para periset disana.

Dengan menggunakan daging, tim itu menarik nyamuk-nyamuk masuk ke ruang uji coba.

Di dalam ruangan, nyamuk-nyamuk itu bersandar di atas sehelai kain hitam yang sudah diolesi jamur. Hasilnya cepat. Raymond St. Leger dari Universitas Maryland mengatakan, "Kami membasmi 99 persen nyamuk dua generasi. Jadi itu menyebabkan populasi nyamuk berkurang."

Para periset mengatakan hasil uji coba mereka yang dramatis sambil dibarengi dengan pengobatan serta insektisida bisa berdampak besar dalam upaya melawan malaria, dan juga bisa diadaptasi untuk memerangi penyakit lain seperti Zika dan Demam Berdarah. [vm/al]

XS
SM
MD
LG