Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), Senin (29/9) menjelaskan selain untuk mendisiplinkan warga Jakarta, penerapan parkir meter ini juga untuk mengatasi parkir liar di jalan.
"Sabang dulu diuji coba. Parkiran di Jakarta permasalahannya bukan soal infrastruktur, tapi bisa ga ngatasin oknum atau preman-preman yang ada. Bisa ngatasi 'gak? Yang penting kan ngatasi yang juru parkirnya aja. Kalau juru parkirnya kita kasih dua kali UMP (upah minimum provinsi)? Kan sama penghasilannya," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama.
"Yang penting kan setoran ke oknum ‘diatas’ ini yang harus di stop. Gitu aja. Jadi kalau bawahnya bisa kita pegang, tentunya ke depannya bisa lebih baik," lanjutnya.
Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Benjamin Bukit menjelaskan sistem parkir meter ini secara tidak langsung mengajarkan budaya disiplin bagi para pengendara.
"Kita ini ingin mengubah kultur. Ini berkaitan dengan perilaku ya. Kita harus disiplin. Di sistim ini, sekali kita bayar, kita letakkan tanda bayar di dashboard mobil. Ingat, jangan lalai. Kalau kita ingin parkir dua jam ya antisipasi dua jam, kalau lebih bisa kena denda. Jadi kita harus belajar disiplin mulai sekarang," jelas Benjamin Bukit.
Di sepanjang jalan Sabang telah terpasang 11 unit mesin parkir meter. Beberapa pengguna parkir juga sudah mulai menerapkan sistem parkir meter ini. Mereka dibantu oleh petugas yang mengenakan seragam juru parkir warna biru dan rompi biru. Para pengguna harus memasukkan uang koin untuk ongkos parkir ke mesin. Biaya parkir sepeda motor setiap jam Rp 2.000,- dan mobil setiap jam Rp 5.000,-.
Para petugas juga mengantongi ratusan uang koin Rp 500,- warna putih yang siap ditukarkan kepada pengguna parkir yang membutuhkan. Heru, salah seorang juru parkir, menerangkan kepada VOA penggunaan mesin parkir meter ini.
"Bapak pencet tombol mobil, atau motor jika bapak pake motor. Lalu pencet no seri kendaraan. Lalu masukan uang koin Rp 500 (10 koin). Lalu pencet tombol informasi. Tunggu sampai karcis parkirnya keluar dari mesin. Karcisnya letakan di pojok kanan kendaraan ya pak. Kalau bapak bawa motor disimpan. Jika sebelum satu jam bapak masih mau parkir, masukan lagi koin Rp 500 (10 koin)," jelas Heru.
Heru mengingatkan agar pengguna kendaraan tidak melebihi waktu 1 jam untuk membayar kembali jasa parkir kendaraannya. Jika pengguna kendaraan lalai atau tidak mau membayar kelebihan waktu satu jam sementara yang bersangkutan masih ingin memarkirkan kendaraannya, maka dinas perhubungan DKI Jakarta tidak segan-segan untuk menindak.
Heru juga mengingatkan agar pengguna parkir tidak memberikan uang kepada dirinya selaku petugas parkir. Heru mengaku untuk sementara ini ia mendapat uang lelah Rp 100 ribu perhari, dan dalam waktu dekat dirinya akan dibayar per bulannya oleh Pemprov DKI.
"Untuk sementara saya dibayar Rp 100 ribu per hari. Nanti dalam waktu dekat kita mulai sistem kontrak. Menguntungkan juga sih, karena kita digaji tiap bulan. Kesehatan kita dan anak istri juga ditanggung melalui kartu Jakarta sehat," kata Heru.
Beberapa orang warga Jakarta yang memarkirkan kendaraannya di jalan Sabang mengaku puas dengan sistem parkir meter yang mulai diberlakukan. Geo warga Pisangan Jakarta mengaku sistim parkir ini sangat efektif.
"Efektif dan lebih disiplin ya. Cuma masalahnya sih di uang koin. Mungkin kedepannya ada yang lebih baik lagi," kata Geo.
Wagub DKI Ahok mengatakan sistem parkir meter ini masih terus akan disempurnakan. Salah satunya adalah akan mengganti sistem koin menjadi uang elektronik. Selain di jalan Sabang, uji coba sistem parkir meter ini akan dilakukan di Jalan Djuanda dan Pasar Baru Jakarta.