Israel menghadapi tekanan yang semakin besar atas tewasnya sejumlah warga Palestina dalam insiden di Jalur Gaza pada Kamis (29/3). Saat itu, tentara Israel melepaskan tembakan ketika massa berkerumun untuk mendapatkan bahan makanan dari rombongan truk bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah itu.
Pejabat kementerian kesehatan di Gaza mengatakan lebih dari 115 orang tewas dalam insiden pada dini hari itu; sebagian besarnya ditembaki tentara Israel. Sebaliknya, pejabat Israel membantah jumlah korban yang disebutkan pihak Palestina, tanpa memberikan angka estimasi mereka sendiri.
Pada Minggu (3/3), Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Force/IDF), Laksamana Muda Daniel Hagari, mengumumkan hasil penyelidikan awal yang menegaskan kembali pernyataan Israel sebelumnya bahwa sebagian besar korban tewas karena terinjak-injak, ketika massa mengerumuni truk-truk bantuan itu.
Selain itu, Hagari mengatakan, “beberapa orang” terkena tembakan pasukan Israel yang dilepaskan ke arah orang-orang yang mendekati mereka.
“Berdasarkan informasi yang kami himpun dari para komandan dan pasukan di lapangan, tinjauan awal kami mengindikasikan bahwa setelah tembakan peringatan dilepaskan untuk membubarkan kerumunan, dan setelah pasukan kami mulai mundur, beberapa ‘penjarah’ mendekati pasukan kami dan menimbulkan ancaman langsung bagi mereka. Menurut tinjauan awal, para tentara mengambil tindakan terhadap beberapa individu tersebut,” ujarnya.
Hagari menambahkan bahwa sebuah badan ahli, profesional, dan independen dari pihak Israel telah memulai penyelidikan yang lebih menyeluruh atas insiden tersebut. Mereka akan menyampaikan hasil temuannya paling cepat dalam beberapa hari ke depan.
Muatasem Salah, anggota Komite Kedaruratan Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan ada lebih dari seribu korban, baik yang meninggal maupun yang terluka, dari peristiwa itu. Ia pun menolak hasil tinjauan awal Israel.
“Upaya apa pun untuk mengklaim bahwa korban mati syahid karena berdesak-desakan atau tertabrak itu tidak benar. Mereka yang terluka dan mati syahid itu karena ditembaki dengan peluru berkaliber besar,” ungkapnya dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita Reuters.
Pihak militer Israel merilis sebuah video yang diambil dari udara. Mereka menyebut objek dalam video tersebut sebagai “warga Gaza yang mengepung truk-truk bantuan di Kota Gaza”.
Namun, rekaman video hitam-putih tanpa suara itu memunculkan pertanyaan karena tidak menunjukkan apa yang terjadi sebelum dan setelahnya, dan beberapa bagian gambar terlihat gelap atau tidak jelas, dengan dua area yang menunjukkan kendaraan militer Israel berada di dekat rombongan truk bantuan.
Pihak militer Israel belum merespons permintaan informasi lebih lanjut dari kantor berita AFP yang meminta informasi lebih lanjut.
Tanggapan Dunia
Inggris, Prancis, dan Jerman telah menyerukan penyelidikan atas peristiwa tersebut; begitu pun dengan Uni Eropa dan Uni Afrika.
Iran mengecam Israel, dengan menyebutnya sebagai "serangan biadab oleh rezim Zionis”. China pun mengatakan mereka “terkejut”. Sementara itu, Kolombia mengumumkan bahwa mereka menangguhkan pembelian senjata dari Israel.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengungkapkan bahwa Washington akan mendorong Israel untuk mengizinkan lebih banyak truk bantuan masuk ke Gaza dan mengkaji kemungkinan pengiriman bantuan lewat laut, setelah sebelumnya AS mengirimkan bantuan melalui udara, seperti yang telah dilakukan beberapa negara lainnya.
Saat menjawab pertanyaan wartawan di luar Gedung Putih sebelum menuju Camp David pada Jumat (3/1), Biden mengatakan bahwa belum ada kesepakatan baru mengenai gencatan senjata dan negosiasi penyanderaan antara Israel dan Hamas, dan ia tidak yakin kedua hal itu akan terwujud awal minggu ini. Sebelumnya, ia berharap bahwa Israel dan Hamas akan mencapai kesepakatan mengenai isu-isu tersebut pada Senin (4/3) ini.
Dalam sebuah keterangan pers tertulis yang dirilis Presiden Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Yamazaki Kazuyu, Sabtu (2/3), para anggota Dewan Keamanan PBB menyerukan kepada semua pihak untuk tidak merampas hak warga sipil di Gaza dalam memperoleh layanan pokok dan bantuan kemanusiaan yang penting bagi kelangsungan hidup mereka, sesuai dengan aturan Hukum Kemanusiaan Internasional.
Pada kesempatan terpisah, saat ditanya wartawan mengenai insiden di Gaza, juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) PBB Jens Laerke pada Jumat (3/1) mengatakan, “Mobilisasi truk-truk itu dilakukan tanpa adanya koordinasi dengan PBB. Kami tidak terlibat dalam hal itu. Kita semua tahu bahwa ada kegiatan kemanusiaan di Gaza yang tidak dikoordinasikan oleh atau bekerja sama dengan PBB.”
Berkaitan dengan isu kemanusiaan, Dewan Keamanan PBB juga menyatakan kekhawatiran mereka atas laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) PBB yang menyatakan 2,2 juta orang di Gaza menghadapi kerawanan pangan akut yang mengancam jiwa. [br/rd]
Forum