Kepanikan merebak di Jalur Gaza ketika pesawat Israel membom lebih dari 30 sasaran, sebagian besar dari mereka terkait kelompok militan Palestina, Hamas.
Serangan udara itu dilancarkan beberapa jam setelah Israel menuding Hamas atas pembunuhan tiga remaja yang diculik dan bersumpah bahwa kelompok itu akan menanggung risiko yang berat.
Mayat ketiga pelajar seminari Yahudi itu ditemukan di lapangan dekat kota alkitab Hebron di Tepi Barat, di mana ribuan tentara Israel terus mencari dua anggota Hamas yang diduga melakukan penculikan itu.
Penculikan dan pembunuhan itu semakin menekan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang didukung Barat, sebulan setelah ia membuat marah Israel dengan membentuk pemerintah persatuan dengan Hamas. Israel, Amerika, Uni Eropa dan bahkan Mesir menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Jurubicara Israel Mark Regev mengatakan, "Presiden Abbas kini harus segera membatalkan perjanjian dengan Hamas. Kalau pemimpin Palestina menyatakan bahwa pihaknya menentang terorisme, mereka tidak bisa beraliansi politik dengan para pembunuh anak-anak. "
Hamas belum membenarkan maupun membantah bertanggungjawab atas pembunuhan itu, sehingga Presiden Abbas mengatakan Israel harus memberi bukti. Tetapi Presiden Palestina mengatakan siapa pun yang bertanggung jawab harus dihukum.
Sementara, pejabat Palestina Abdallah Abdallah mengatakan, "Hilangnya nyawa, orang Israel maupun Palestina, kami menyesali hal itu dan merasa sedih karenanya."
Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan, kelompok itu tidak ingin menambah siklus kekerasan.
Tetapi ia mengatakan jika Israel melancarkan perang terhadap Gaza, Hamas siap membela rakyat Palestina.
Sementara mempertimbangkan aksi pembalasan lebih lanjut terhadap Hamas, Israel sedang berkabung.
Doa-doa dipanjatkan dan prosesi dilangsungkan di permukiman di Tepi Barat di mana ketiga remaja Israel itu dimakamkan.