Iran, Kamis (5/1), mengumumkan penutupan lembaga penelitian Prancis yang berbasis di Teheran sebagai protes terhadap penerbitan pemimpin agung republik Islam itu, Ayatollah Ali Khamenei, dalam wujud karikatur di mingguan satir Prancis Charlie Hebdo.
"Kementerian mengakhiri kegiatan Institut Riset Prancis (IFRI) di Iran sebagai langkah pertama," kata kementerian luar negeri Iran dalam sebuah pernyataannya, sehari setelah Teheran memperingatkan Paris tentang konsekuensinya.
Iran telah diguncang oleh protes selama lebih dari tiga bulan yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini, dalam tahanan pada 16 September lalu. Amini, yang berusia 22 tahun, adalah seorang Kurdi Iran yang ditangkap karena diduga melanggar aturan berpakaian negara itu untuk perempuan.
Charlie Hebdo, Rabu lalu, menerbitkan karikatur Khamenei untuk mendukung protes itu, dalam edisi khusus untuk memperingati serangan mematikan tahun 2015 di kantornya di Paris yang menewaskan 12 orang.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menanggapi penerbitan itu dengan sebuah pernyatan keras di Twitter. Ia mengatakan, "tindakan menghina dan tidak senonoh dari publikasi Prancis dalam menerbitkan kartun yang menghina otoritas agama dan politik tidak akan berlalu tanpa tanggapan yang efektif dan tegas".
Kementerian Luar Negeri Iran juga memanggil Duta Besar Prancis Nicolas Roche.
IFRI, yang berafiliasi dengan kementerian luar negeri Prancis, adalah lembaga sejarah dan arkeologi yang didirikan pada tahun 1983 setelah penggabungan Delegasi Arkeologi Prancis di Iran dan Institut Iranologi Prancis di Teheran.
Terletak di pusat ibu kota, Teheran, lembaga itu pernah ditutup selama bertahun-tahun tetapi dibuka kembali di bawah pemerintahan presiden yang moderat Hassan Rouhani (2013-2021) sebagai tanda hubungan bilateral yang menghangat. [ab/uh]
Forum