Seorang komandan Garda Revolusi Iran, Jumat (24/2), mengatakan Teheran telah mengembangkan rudal jelajah dengan jangkauan 1.650 km. Klaim tersebut dapat memicu kekhawatiran pihak Barat setelah Rusia menggunakan drone Iran dalam perang di Ukraina.
Secara terpisah, Amirali Hajizadeh, Kepala Pasukan Kedirgantaraan Garda Revolusi, juga mengulang ancaman Teheran untuk membalas pembunuhan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) terhadap seorang komandan Iran. Ia mengatakan "Kami ingin membunuh (mantan presiden AS Donald) Trump."
“Rudal jelajah kami dengan jangkauan 1.650 km sudah ditempatkan di gudang rudal Republik Islam Iran,” kata Hajizadeh kepada TV pemerintah.
Televisi tersebut menyiarkan apa yang dikatakannya sebagai rekaman pertama yang menunjukkan rudal jelajah Paveh yang baru.
Hajizadeh mengatakan Iran tidak berniat untuk membunuh "tentara lemah" ketika melancarkan serangan rudal balistik terhadap pasukan pimpinan AS di Irak beberapa hari setelah komandan militer Iran Qassem Soleimani terbunuh. Tokoh militer Iran tersebut tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad pada 2020.
"Insya Allah, kami ingin membunuh Trump. (Mantan menteri luar negeri Mike) Pompeo ... dan komandan militer yang mengeluarkan perintah (untuk membunuh Soleimani) harus dibunuh," kata Hajizadeh dalam wawancara televisi.
Para pemimpin Iran sering bersumpah untuk membalas dendam Soleimani dengan tindakan tegas. Iran telah memperluas program misilnya, khususnya misil balistiknya, yang bertentangan dengan AS, dan menimbulkan keprihatinan dari negara-negara Eropa. Teheran mengatakan program itu murni defensif dan bersifat pencegahan.
Iran mengatakan telah memasok Moskow dengan drone sebelum perang Ukraina berkecamuk. Rusia menggunakan drone untuk menargetkan pembangkit listrik dan infrastruktur sipil.
Pentagon pada November 2022 mengatakan Washington skeptis terhadap laporan yang mengutip Hajizadeh yang mengatakan Iran telah mengembangkan rudal balistik hipersonik. [ah]
Forum