Tautan-tautan Akses

Iran Klaim Dapat Produksi Senjata Nuklir, Jika Sanksi Tetap Diberlakukan


Menteri Intelijen Iran, Mahmoud Alavi. (Foto: dok).
Menteri Intelijen Iran, Mahmoud Alavi. (Foto: dok).

Menteri Intelijen Iran telah memperingatkan Barat bahwa negaranya dapat membuat senjata nuklir jika sanksi internasional yang melumpuhkan Iran tetap diberlakukan, demikian dilaporkan TV pemerintah, Selasa (9/2).

Pernyataan Mahmoud Alavi menandai kejadian langka seorang pejabat pemerintah mengatakan Iran dapat mengubah arah program nuklirnya.

Fasilitas PLTN Bushehr di Iran. (Foto: dok).
Fasilitas PLTN Bushehr di Iran. (Foto: dok).


Teheran telah lama bersikeras bahwa program nuklirnya ditujukan hanya untuk tujuan damai.

Fatwa tahun 1990-an yang dikeluarkan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa senjata nuklir diharamkan. Namun Alavi menambahkan Iran tidak memiliki rencana untuk bergerak menuju senjata nuklir di bawah “situasi saat ini”.

Khamenei, 81 tahun, yang menjadi penentu akhir tentang semua masalah kenegaraan di Iran, Minggu (7/2) mendesak Amerika untuk mencabut semua sanksi jika menginginkan Iran memenuhi komitmennya di bawah perjanjian nuklir 2015 dengan negara-negara berpengaruh di dunia.

Namun Presiden Joe Biden telah mengatakan bahwa AS tidak akan mengambil langkah pertama.

Menyusul pembunuhan seorang ilmuwan Iran, Desember lalu, yang dianggap sebagai ujung tombak program nuklir militer Iran yang sudah dibubarkan, parlemen Iran telah menyetujui sebuah undang-undang untuk memblokir kunjungan inspektur nuklir internasional akhir bulan ini, sebuah pelanggaran serius dalam perjanjian itu.

Alavi, Menteri Intelijen Iran, juga dikutip mengatakan bahwa seorang anggota angkatan bersenjata Iran “memfasilitasi” pembunuhan ilmuwan itu, yang oleh Iran dianggap dilakukan Israel.

Alavi tidak menjelaskan lebih jauh perkataannya dan tidak jelas apakah tentara itu yang melakukan ledakan yang menewaskan ilmuwan itu, Mohsen Fakhrizadeh.

Israel, yang diduga membunuh sejumlah ilmuwan nuklir Iran dalam satu dekade terakhir, berulang kali menolak mengomentari serangan itu. [lj/uh]

XS
SM
MD
LG