Tautan-tautan Akses

Iran Eksekusi 29 Orang dalam Sehari Usai Hukum Mati Pedemo


Para pengunjuk rasa memegang poster bertuliskan "Hentikan Eksekusi di Iran" dalam unjuk rasa mendukung demonstrasi di Iran, di depan Kolom Kemenangan di Berlin, 22 Oktober 2022. (Foto: John Macdougall/AFP)
Para pengunjuk rasa memegang poster bertuliskan "Hentikan Eksekusi di Iran" dalam unjuk rasa mendukung demonstrasi di Iran, di depan Kolom Kemenangan di Berlin, 22 Oktober 2022. (Foto: John Macdougall/AFP)

Iran pada Rabu (7/8) menghukum gantung setidaknya 29 narapidana dalam satu hari, termasuk 26 orang dalam eksekusi kelompok di satu penjara, kata sebuah kelompok hak asasi manusia. Eksekusi itu dilaksanakan sehari setelah negara tersebut menghadapi kecaman internasional karena mengeksekusi seorang pria sehubungan dengan demo pada 2022.

Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia mengatakan ke-26 pria itu dieksekusi di Penjara Ghezelhesar di Karaj di luar Teheran, sementara tiga pria lainnya dieksekusi di penjara Kota Karaj.

Mereka yang dieksekusi, termasuk dua warga negara Afghanistan, telah dihukum atas tuduhan pembunuhan, terkait narkoba dan pemerkosaan.

Kelompok hak asasi manusia lainnya, termasuk Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia (Human Rights Activists News Agency/HRANA) yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan Pusat Hak Asasi Manusia di Iran (Center for Human Rights in Iran/CHRI) juga mengonfirmasi eksekusi setidaknya dua lusin orang di Karaj.

Kelompok hak asasi manusia telah berulang kali menuduh Iran, menggunakan hukuman mati atas semua tuduhan untuk menanamkan ketakutan di masyarakat setelah demonstrasi pada 2022. Menurut kelompok HAM, Iran mengeksekusi lebih banyak orang setiap tahunnya dibandingkan negara mana pun selain China.

“Tanpa tanggapan segera dari komunitas internasional, ratusan orang bisa menjadi korban mesin pembunuh Republik Islam dalam beberapa bulan mendatang,” kata Direktur IHR Mahmood Amiry-Moghaddam.

IHR menekankan bahwa eksekusi kelompok dalam skala sebesar ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir di Iran. Eksekusi terakhir yang bisa menjadi pembanding terjadi pada 2009.

Eksekusi Sewenang-wenang

Kelompok hak asasi manusia juga mengutuk eksekusi Iran terhadap seorang pria yang dihukum karena membunuh seorang anggota Garda Revolusi pada protes pada 2022. Para aktivis mengatakan pengakuan pria itu diperoleh melalui penyiksaan.

Gholamreza Rasaei, yang berusia pertengahan tiga puluhan, adalah orang ke-10 yang dieksekusi oleh Iran sehubungan dengan protes selama berbulan-bulan yang meletus pada September 2022 setelah kematian Mahsa Amini dalam tahanan.

Amini, seorang warga Kurdi Iran berusia 22 tahun, telah ditangkap karena dugaan pelanggaran aturan berpakaian ketat bagi perempuan di negara tersebut.

Rasaei digantung di penjara di kota barat Kermanshah pada Selasa (6/8) setelah dinyatakan bersalah membunuh kolonel Garda Revolusi, menurut situs Mizan Online dari pengadilan Iran.

“Pihak berwenang Iran telah melakukan eksekusi sewenang-wenang yang menjijikkan secara diam-diam terhadap seorang pemuda yang menjadi sasaran penyiksaan dan perlakuan buruk lainnya di tahanan... dan kemudian dijatuhi hukuman mati setelah persidangan akal-akalan,” kata wakil direktur Amnesty untuk Timur Tengah. dan Afrika Utara, Diana Eltahawy.

Dia mengatakan eksekusi tersebut adalah contoh lain dari Iran yang menggunakan hukuman mati sebagai "alat represi politik untuk menanamkan rasa takut di kalangan masyarakat."

Tidak Adil dan Berperikemanusiaan

Kementerian Luar Negeri Prancis pada Rabu (7/8) mengutuk eksekusi Rasaei dan menegaskan kembali “mereka tetap menentang hukuman mati di semua tempat dan keadaan,” dan menyebutnya sebagai “hukuman yang tidak adil dan tidak manusiawi.”

Kantor wakil utusan khusus AS untuk Iran Abram Paley menuduh Iran melakukan "pengadilan palsu dan pemaksaan pengakuan" kepada pengunjuk rasa.

IHR mengatakan Iran kini telah mengeksekusi sedikitnya 345 orang pada tahun ini saja, dan menambahkan bahwa eksekusi terbaru ini menunjukkan bahwa penerapan hukuman mati tidak berhenti sejak Presiden reformis Masoud Pezeshkian dilantik pekan lalu.

Amiry-Moghaddam mengatakan bahwa Iran "mengeksploitasi" fokus global terhadap ketegangan antara Iran dan musuh bebuyutan Israel dengan "membunuh tahanan secara massal dan mengintensifkan penindasan di Iran." [ft/rs]

XS
SM
MD
LG