Sekutu-sekutu Amerika di Eropa telah mendesak peredaan eskalasi oleh semua pihak setelah Iran bertekad akan membalas pembunuhan jenderal senior negara itu, Qassem Soleimani, yang tewas dalam serangan drone AS di bandara Baghdad, Jumat (3/1). Protes merebak di berbagai penjuru Timur Tengah. NATO menangguhkan misi pelatihannya di Irak, karena kekhawatiran yang kian besar mengenai meningkatnya kekerasan.
Sementara sekutu-sekutu Amerika di Eropa tidak diberi peringatan sebelumnya mengenai serangan terhadap Jenderal Senior Iran, Qassem Soleimani, PM Inggris Boris Johnson menyatakan negaranya tidak akan ‘menyesali’ kematian Soleimani.
Inggris, seperti halnya AS, termasuk di antara negara-negara yang menderita akibat tindakan Soleimani, kata para analis.
Karen von Hippel, analis dari Royal United Services Institute mengatakan, "Qassem Soleimani bertanggung jawab atas kematian ratusan tentara Amerika dan tentara negara-negara Barat lainnya, termasuk Inggris.”
Sementara ribuan orang berkabung di Iran, Inggris, Perancis dan Jerman mengeluarkan pernyataan bersama yang meminta semua pihak agar menahan diri dan bertanggung jawab sepenuhnya.
Uni Eropa telah mengundang menteri luar negeri Teheran ke Brussels, dalam upaya meredakan ketegangan.
Juru bicara Komisi Eropa Peter Stano mengatakan, “Ada pengertian bersama bahwa dialog harus dilanjutkan tetapi pihak Iranlah yang harus memberitahu kita bagaimana mereka ingin melanjutkannya.”
Eropa berharap perjanjian nuklir Iran tahun 2015 dapat diselamatkan, meskipun Teheran mengumumkan bahwa negara itu akan mengabaikan semua pembatasan terkait aktivitas pengayaan nuklirnya.
Holly Dagres, analis dari lembaga kajian Atlantic Council mengemukakan, “Menurut pandangan saya, perjanjian nuklir 2015 belum mati sampai ada eskalasi yang menjurus ke arah perang.”
Iran telah menjanjikan pembalasan militer, dan sekutu-sekutu AS khawatir mereka dapat menjadi sasaran juga
NATO menunda misi pelatihannya di Irak, yang melibatkan beberapa ratus tentara, yang merupakan bagian dari koalisi Barat untuk mengalahkan ISIS.
Sekjen NATO Jens Stoltenberg, Senin (6/1) menolak berkomentar mengenai apakah sekutu-sekutu NATO akan mendukung AS dalam konflik apapun dengan Iran.
Stoltenberg mengatakan, “Kita belakangan ini menyaksikan eskalasi oleh Iran termasuk serangan terhadap sebuah fasilitas energi di Saudi, serta penembakan jatuh sebuah drone Amerika. Pada pertemuan kami hari ini, sekutu menyerukan pengendalian diri dan penurunan eskalasi. Konflik baru bukanlah keinginan siapapun.”
Rusia dan China sama-sama mengecam pembunuhan Soleimani. Para analis mengatakan Teheran sekarang dapat meminta dukungan lebih besar dari sekutu-sekutunya.
Holly Dagres dari Atlantic Council mengatakan, “Sebelum eskalasi ini, China, Rusia dan Iran sebenarnya mengadakan latihan angkatan laut di Teluk Persia dan Teluk Oman.”
Di Timur Tengah, protes anti-Amerika telah menyebar dari Iran dan Irak ke Turki, wilayah Palestina dan Lebanon. Demonstran juga turun ke jalan-jalan di Pakistan.
Sementara itu, musuh lama Iran, Israel, memuji tindakan AS.
PM Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, "Presiden Trump patut diberi apresiasi karena bertindak tegas, dengan kuat dan cepat.”
Semua mata kini tertuju pada Iran, dan apakah negara itu akan memenuhi seruan global untuk menahan diri, atau memenuhi tekadnya untuk membalas dendam. [uh/ab]