Irak akan menggunakan uji DNA untuk mengidentifikasi sisa-sisa 141 mayat yang ditemukan di beberapa kuburan massal yang diyakini sebagai warga Yazidi yang dibantai oleh militan kelompok ekstremis ISIS.
Kepala Urusan Forensik Irak Zaid al-Yousef mengatakan penyintas Yazidi membantu menemukan lokasi 12 kuburan massal di Sinjar, di bagian utara Irak.
Irak berupaya menggali sisa-sisa mayat dari kuburan massal itu, yang menjadi bukti kejahatan ISIS ketika menguasai wilayah itu pada tahun 2014-2017. Penggalian dan proses identifikasi itu didukung oleh tim penyelidik khusus PBB.
ISIS tidak mentolerir pemeluk agama lain, termasuk warga Yazidi, kelompok minoritas yang memiliki kepercayaan berbeda dari warga Muslim dan Kristen di wilayah itu.
Para pengikut ISIS mengatakan Yazidi adalah kelompok “murtad” dan membunuh ratusan laki-laki, serta memperbudak ribuan perempuan dan anak-anak. PBB menyebut tindakan ini sebagai genosida.
Kelompok-kelompok Yazidi mengatakan proses penggalian dan identifikasi para korban berjalan terlalu lambat.
“Kami merasa ada yang mengabaikan masalah ini,” ujar Ali Khedhir, kepada kantor dewan spiritual Yazidi di desa Lalesh.
Sejak invasi Amerika tahun 2003, Yazidi telah didiskriminasi dan kerap dianiaya oleh kelompok-kelompok ekstrem di wilayah yang memiliki beragam etnis itu. Suku Yazidi berkomunikasi dengan bahasa Kurdi, tetapi mengidentifikasi dirinya sebagai komunitas terpisah.
Banyak warga Yazidi yakin bahwa negara-negara di Arab ikut serta dalam pembantaian terhadap komunitas mereka, dan pejabat-pejabat Irak khawatir penyelidikan di kuburan-kuburan massal itu akan menimbulkan ketegangan dengan tetangga-tetangga mereka, ujar Khedhir.
Ratusan ribu warga Yazidi masih hidup di kamp-kamp di luar Sinjar. Penghancuran rumah mereka dan ketidakamanan masih menyurutkan langkah mereka untuk kembali ke tanah air. (em)