Tautan-tautan Akses

Inggris Keluar dari Uni Eropa, PM Cameron Mundur


Perdana Menteri Inggris David Cameron berbicara setelah Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, di luar kantornya di London (24/6).(Reuters/Stefan Wermuth)
Perdana Menteri Inggris David Cameron berbicara setelah Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, di luar kantornya di London (24/6).(Reuters/Stefan Wermuth)

Cameron, yang kehilangan pertaruhan untuk masa depan bangsa akibat hasil referendum yang ia perkirakan akan menjadi malapetaka, mengatakan ia akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri Oktober.

Rakyat Inggris telah memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, mendorong pengunduran diri Perdana Menteri David Cameron dan guncangan terbesar terhadap persatuan Eropa sejak Perang Dunia II.

Pasar keuangan global anjlok akibat referendum hari Kamis (23/6) yang menghasilkan 52 persen suara untuk pilihan keluar dari UE.

Mata uang pound jatuh lebih dari 10 persen terhadap dolar Amerika ke tingkat tahun 1985, kejatuhan satu hari terbesar dalam sejarah, dan saham-saham Eropa turun lebih dari 8 persen, mengarah kepada persentase kejatuhan satu hari terbesar yang pernah terjadi.

Miliaran dolar berkurang dari nilai pasar bank-bank Eropa, dengan kerugian terbesar dialami bank-bank Inggris, Royal Bank of Scotland, Barclays dan Lloyds Banking Group.

Cameron, yang kehilangan pertaruhan untuk masa depan bangsa akibat hasil referendum yang ia perkirakan akan menjadi malapetaka, mengatakan ia akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri Oktober.

"Saya kira tidak tepat bagi saya untuk menjadi kapten yang akan mengemudikan negara ini pada tujuan berikutnya," ujarnya dalam pidato yang disiarkan televisi, di luar kantornya di Downing Street.

Keluar dari UE dapat menghapus akses Inggris atas pasar perdagangan tunggal yang bebas hambatan, membuatnya harus membuat perjanjian-perjanjian perdagangan baru dengan negara-negara di seluruh dunia.

Kerajaan Inggris sendiri bisa pecah, dengan para pemimpin di Skotlandia -- di mana hampir dua pertiga pemilih ingin tetap menjadi anggota UE -- menyerukan referendum baru untuk kemerdekaan.

Uni Eropa akan mengalami kerusakan ekonomi dan politik, karena kehilangan tidak hanya salah satu pendukung terbesar pasar bebas tapi juga anggota dengan veto Dewan Keamanan PBB dan militer yang dahsyat.

Dalam satu langkah, blok ini akan kehilangan sekitar seperenam dari hasil ekonominya. Para pemimpin populis di Perancis dan Belanda juga menuntut referendum untuk meninggalkan Uni Eropa.

Akan perlu waktu sedikitnya dua tahun untuk "bercerai" dari UE, langkah yang pertama kali diambil oleh negara anggota. Cameron mengatakan terserah penerusnya kapan akan secara resmi memulai proses pemisahan.

Rivalnya dari Partai Konservatif, Boris Johnson, mantan walikota London yang menjadi tokoh paling dikenal dari kamp pemilih "leave", adalah calon terkuat untuk menjadi perdana menteri.

Para politisi Eropa sangat terkejut dengan perkembangan ini. "Tolong beritahu saya bahwa saya masih tidur dan ini semua hanya mimpi buruk!" tulis mantan Perdana Menteri Finlandia Alexander Stubb di Twitter.

Pemimpin Front Nasional Perancis, Marine Le Pen, mendeklarasikan "Kemenangan atas kebebasan!". Pemimpin ultra kanan Belanda, Geert Wilders, mengatakan: "Kami ingin mengendalikan negara kami sendiri, uang kami, perbatasan kami, dan kebijakan imigrasi kami sendiri."

Inggris, yang bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC) tahun 1973, selalu menjadi anggota yang mendua. Pendukung keras perdagangan bebas, pengecam batasan ekonomi internal dan pendorong UE untuk mengikutsertakan negara-negara bekas komunis, Inggris memilih tidak bergabung dengan mata uang tunggal euro atau zona bebas perbatasan Schengen. [hd]

XS
SM
MD
LG