Misteri mengenai kematian akibat peracunan mantan agen KGB Alexander Litvinenko mungkin terpecahkan Kamis (21/1), ketika seorang hakim Inggris mengumumkan hasil pemeriksaannya.
Alexander Litvinenko meninggal hampir 10 tahun lalu setelah menurut tuduhan dia diracun dengan secangkir teh yang dicampur dengan polonium 210, sebuah isotop radioaktif yang jarang.
Dari tempat tidur kematiannya, dia menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pembunuhan itu.
Mantan pejabat intelijen Rusia itu telah menjadi pengecam keras Putin sebelum melarikan diri dari Rusia dan akhirnya menetap di London.
Moskow selalu menyangkal terlibat dalam kematiannya dan menolak pemeriksaan itu karena bermotif politik.
Hakim Inggris Robert Owen akan mengumumkan hasil pemeriksaan yang sudah lama ditunggu-tunggu, dan dia mungkin akan menyalahkan Rusia.
Polisi Inggris menuduh Dmitry Kovtun dan Andrei Lugovoi, dua mantan agen KGB Rusia yang ditemui Litvinenko untuk minum teh yang melakukan pembunuhan itu. Mereka mengukuhkan pertemuan dengan Litvinenko di London pada beberapa peristiwa, termasuk pada waktu terjadinya peracunan yang dicurigai itu, tetapi membantah terlibat dalam kematiannya. Rusia telah menolak untuk mengekstradisi mereka.
Kalau laporan itu mengaitkan kejahatan tersebut dengan Putin, hal itu dapat memperburuk hubungan Inggris dengan Rusia, yang sudah tegang. [sp/ds]