Pihak berwenang Indonesia bekerja sama dengan para sejawatnya dari China untuk menghentikan arus militan Uighur yang berusaha bergabung dengan para jihadis Islam di Indonesia, demikian diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution kepada Reuters.
Pernyataan Saud ini muncul di tengah-tengah meningkatnya keprihatinan mengenai kemungkinan terjadinya serangan oleh simpatisan ISIS, dan menyusul penangkapan 13 tersangka teroris di pulau Jawa, termasuk seorang Muslim Uighur yang mengenakan rompi bom bunuh diri.
Adanya Muslim Uighur yang bergabung dengan jaringan militan di Indonesia menimbulkan keprihatinan Beijing. Banyak Muslim Uighur, yang umumnya berasal dari kawasan Xinjiang di China, pergi meninggalkan negara mereka, termasuk ke Indonesia, untuk menghindari penindasan. Beijing khawatir, mereka kelak akan pulang kembali sebagai jihadis yang berpengalaman dan terlatih, dan menimbulkan ancaman nasional.
Saud mengatakan kepada Reuters, beberapa orang Uighur tahun lalu telah menanggapi seruan Santoso, salah satu tokoh pendukung ISIS di Indonesia, untuk bergabung dengan barisan pejuang mereka. ISIS dan jaringan penyelundup manusia membantu orang-orang Uighur itu menempuh perjalanan lewat Myanmar, Thailand dan Malaysia ke tempat persembunyian Santoso di kawasan hutan di Indonesia timur. [ab]