Tautan-tautan Akses

Indonesia Serukan Budaya Perdamaian di World Culture Forum


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama para peserta World Culture Forum di Bali (25/11). (VOA/Muliarta)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama para peserta World Culture Forum di Bali (25/11). (VOA/Muliarta)

Sebagai inisiator dari World Culture Forum (WCF) Indonesia menyerukan pentingnya pengembangan budaya perdamaian saat ini.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Senin (25/11) menyerukan pentingnya untuk mengembangkan budaya perdamaian di dunia guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Hingga saat ini masih ada negara-negara yang berada dibawah situasi konflik, ujarnya, dan dalam situasi konflik, keterbelakangan dan kemiskinan cenderung bertahan, atau bahkan menjadi lebih buruk.

Demikian disampaikan Presiden dalam pidatonya pada pembukaan World Culture Forum (WCF) atau Forum Kebudayaan Dunia di Nusa Dua, Bali.

Presiden Yudhoyono mengatakan pembangunan dapat terwujud secara maksimal hanya ketika ketertiban dan stabilitas terjaga secara merata.

Ia menambahkan bahwa dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan juga perlu dikembangkan budaya menanam pohon dengan cara memberikan satu pohon pada anggota keluarga yang berulang tahun. Tradisi menanam pohon tersebut juga telah dikembangkan oleh asosiasi perempuan di Indonesia

“Asosiasi Perempuan Indonesia telah mengembangkan suatu tradisi baru untuk menanam jutaan pohon setiap tahunnya. Mereka melakukan itu secaraserentak di seluruh Indonesia. Di tingkat nasional , saya juga memimpin kampanye serupa penanaman satu miliar pohon setiap tahunnya,” ujarnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menyampaikan perlunya konvergensi budaya guna mempercepat upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Melalui konvergensi, ujarnya, diharapkan menghasilkan suatu budaya yang kuat dan saling menguatkan serta berkontribusi bagi kesejahtraan masyarakat

“Budaya bisa menjadi pendorong melalui kegiatan ekonomi kreatif yang dibuat berdasarkan budaya ramah lingkungan serta semakin meningkatnya kesadaran sosial untuk melawan kemiskinan dan ketidakpedulian,” ujarnya.

Sementara itu, akademisi dari fakultas sastra Universitas Udayana Nyoman Darma Putra berharap WCF menghasilkan rekomendasi yang nyata dalam upaya menggunakan kekuatan budaya untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan

“Menghasilkan rekomendasi yang nyata tentang bagaimana menciptakan kedamaian di dalam masyarakat yang beragam entis, agama dan latar belakang kebudayaan. Kita tahu di Indonesia begitu banyak agama dan kita telah membuktikan kepada dunia bahwa kita mampu hidup dinamis dan harmonis,” ujarnya.

WCF dihadiri oleh delegasi dari 65 negara seperti Malaysia, Yordania, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Timor Leste, Brasil, dan Jepang. Di akhir pertemuan, WCF diharapkan menghasilkan Bali Promise atau Ikrar Bali, yang salah satu poinnya adalah usulan kepada PBB agar menjadikan kebudayaan sebagai pilar keempat pembangunan berkelanjutan pasca 2015.

Recommended

XS
SM
MD
LG