Pihak berwenang India berharap pelarangan menyeluruh terhadap media sosial di Kashmir India akan membantu mengatasi protes di jalan-jalan dan kekerasan yang meningkat di kawasan itu. Tetapi para pengamat menyatakan perintah terbaru tersebut tidak akan banyak membantu mengatasi protes yang kian meningkat di kawasan Himalaya yang bergejolak itu.
Pihak berwenang menutup 22 situs media sosial seperti Facebook, WhatsApp dan Twitter selama satu bulan. Perintah resmi itu meminta para penyedia layanan Internet agar memblokir situs-situs tersebut yang mereka katakan digunakan oleh unsur-unsur subversif dan antinasional untuk merusak perdamaian dan ketenangan di negara bagian tersebut.
Kashmir telah sering menghadapi pelarangan di Internet pada masa lalu, bahkan layanan ponsel kerap ditutup. Tetapi penindakan terbaru ini lebih luas cakupannya dan terjadi pada waktu media sosial mulai memainkan peran lebih besar di tengah situasi yang semakin rawan di satu-satunya kawasan yang mayoritas penduduknya Muslim di negara itu.
Dalam tiga pekan belakangan, video-video yang diklaim memperlihatkan penganiayaan oleh aparat keamanan telah menjadi viral. Salah satu yang paling banyak mengundang perhatian memperlihatkan seorang lelaki muda diikat di depan sebuah jip militer dan dibawa berkeliling desa-desa di kawasan itu.
Para siswa dan mahasiswa telah muncul ke jalan-jalan untuk pertama kalinya untuk bergabung dengan massa yang melemparkan batu ke arah aparat keamanan. Awal bulan ini, delapan orang tewas dalam kekerasan yang mewarnai pemilihan legislatif.
Para pejabat menyatakan media sosial tidak hanya digunakan untuk menyebarkan foto-foto, tetapi juga untuk menggalang massa yang menyerang aparat keamanan. Seorang polisi di Kashmir yang minta tidak disebutkan namanya mengatakan, perintah penutupan terbaru itu akan membantu membatasi penyebarluasan desas desus. [uh/ab]