Ketika Presiden Amerika Trump meninggalkan persetujuan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), ada perasaan lega di India, di mana sektor-sektor ekonomi seperti pakaian dan farmasi tadinya bersiap-siap untuk menderita pukulan keras.
Perjanjian ambisius antara 12 negara Asia-Pasifik untuk meningkatkan perdagangan itu telah menjadi kekhawatiran besar bagi Sudhir Dhingra, Direktur Orient Craft yang berbasis di New Delhi, salah satu eksportir pakaian terbesar di India.
Alasannya, hal tersebut akan membuat ekspor India kurang dapat bersaing karena TPP hendak memotong bea impor yang memberi negara-negara anggota seperti Vietnam dan Malaysia akses istimewa ke pasar Amerika Serikat dan Jepang.
Dhingra menyebut pembatalan TPP oleh Amerika adalah kabar yang sangat baik.
“Saya sendiri sangat prihatin akan perdagangan,” katanya menjelaskan. “Sebagaimana adanya, bagian-bagian kawasan tersebut lebih produktif, lebih efisien. Dan lagipula, kalau saingan kita memperoleh keringanan bebas bea, sudah jelas semua barang akan datang ke pasar-pasar kawasan ini.”
Sektor tekstil dan pakaian India mempekerjakan jutaan orang dan kira-kira 20 persen ekspor pakaian ke Amerika Serikat.
Industri pakaian jadi bukan satu-satunya yang terancam oleh TPP. Menteri Perniagaan India, Nirmala Sitharaman telah mengatakan bahwa perjanjian itu akan memukul berbagai sektor seperti barang-barang kulit, plastik, bahan kimia dan tekstil. [gp]