Tautan-tautan Akses

India Catat Lebih Dari 20 Juta Kasus COVID-19


Relawan dan kerabat bersiap melakukan kremasi jenazah korban COVID-19 di desa Giddenahalli, pinggiran Bengaluru, India, 2 Mei 2021. (REUTERS/Samuel Rajkumar)
Relawan dan kerabat bersiap melakukan kremasi jenazah korban COVID-19 di desa Giddenahalli, pinggiran Bengaluru, India, 2 Mei 2021. (REUTERS/Samuel Rajkumar)

India kini mencatat lebih dari 20 juta kasus COVID-19 terkonfirmasi di tengah-tengah gelombang kedua pandemi yang pada dasarnya menghancurkan sektor layanan kesehatan negara itu.

Kementerian kesehatan melaporkan 357.299 kasus baru virus corona hari Selasa (4/5), hari ke-13 berturut-turut India mencatat sedikitnya 300 ribu kasus baru COVID-19. Negara di Asia Selatan itu juga melaporkan 3.449 kematian selama 24 jam terakhir.

India kini mencatat lebih dari 20,2 juta kasus, menurut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center, termasuk 222.408 kematian. Negara itu menempati posisi kedua di bawah AS dalam jumlah kasus infeksi, dan masih di tempat ketiga dalam total kematian setelah AS dan Brazil.

Seorang pasien COVID-19 dengan bantuan oksigen ditolong oleh petugas kesehatan di dalam ambulans sambil menunggu masuk di rumah sakit sipil di Ahmedabad, 3 Mei 2021. (Foto: Sam PANTHAKY / AFP)
Seorang pasien COVID-19 dengan bantuan oksigen ditolong oleh petugas kesehatan di dalam ambulans sambil menunggu masuk di rumah sakit sipil di Ahmedabad, 3 Mei 2021. (Foto: Sam PANTHAKY / AFP)


Lonjakan ini disebut disebabkan oleh kemunculan varian virus yang lebih menular, ditambah dengan pelonggaran restriksi terhadap kerumunan orang dalam jumlah besar sewaktu pandemi tampaknya terkendali pada awal tahun ini.

Rahul Gandhi, ketua partai Kongres Nasional India yang beroposisi, Selasa (4/5) menulis di Twitter bahwa kelambanan PM Narendra Modi “membunuh banyak orang tak berdosa” dan menyerukan lockdown penuh di seluruh negara itu untuk menghentikan penyebaran virus.

Krisis COVID-19 India diperburuk oleh kurangnya oksigen yang diperlukan untuk merawat pasien yang kritis, selain bahan baku yang diperlukan untuk membuat vaksin. Meskipun India merupakan lokasi Serum Institute of India, penghasil vaksin terbesar di dunia, hanya 2 persen dari 1,3 miliar penduduknya yang telah divaksinasi, menurut berbagai laporan setempat.

PBB hari Senin (3/5) menyatakan sedang bekerja di India untuk memerangi informasi keliru mengenai vaksin COVID-19 serta mengenai penyebaran penyakit itu. Juru Bicara Stephane Dujarric mengatakan satu tim PBB sedang bekerja sama dengan stasiun-stasiun radio komunitas di berbagai penjuru India untuk menjangkau lebih dari 17 juta orang di kawasan pedesaan, guna menjelaskan tentang pentingnya vaksin dan cara mencegah penularan virus corona.

Staf darat dan awak pesawat Antonov An-124 Ruslan membongkar tanker Linde setibanya di Bandara Internasional Netaji Subhas Chandra Bose (NSCBIA) di Kolkata, India, 2 Mei 2021.
Staf darat dan awak pesawat Antonov An-124 Ruslan membongkar tanker Linde setibanya di Bandara Internasional Netaji Subhas Chandra Bose (NSCBIA) di Kolkata, India, 2 Mei 2021.

Departemen Pertahanan AS, Senin (3/5) menyatakan telah mengirim dua pesawat penuh pasokan terkait COVID-19 ke India dan bahwa dua pesawat tambahan akan diberangkatkan hari Rabu.

Sementara itu, perusahaan farmasi berbasis di AS Moderna, Senin (3/5) berjanji akan memasok 500 juta dosis vaksin COVID-19nya untuk COVAX, prakarsa berbagi vaksin global yang dibentuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia.

Perusahaan itu menyatakan akan menyediakan 34 juta dosis pertama pada akhir tahun ini, dan selebihnya akan dikirim pada tahun 2022, semuanya dengan harga terendah yang ditetapkan perusahaan itu.

Swedia, Senin (3/5) mengumumkan akan menyediakan 1 juta dosis vaksin AstraZeneca untuk COVAX guna mengatasi kelangkaan vaksin yang dihadapi dalam jangka pendek.

Juga Senin, Denmark menyatakan tidak akan menggunakan vaksin Johnson & Johnson dalam program imunisasinya karena kemungkinan kaitannya dengan pembekuan darah yang jarang terjadi namun berbahaya. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG