Tautan-tautan Akses

Ibu yang Sekarat Mohon Pembebasan Putrinya yang Disandera Hamas


Liora Argamani (61 tahun), perempuan Israel keturunan Tionghoa dan ibu dari Noa Argamani, 26 tahun, ketika diwawancara di Tel Aviv, Israel, 23 November 2023 lalu.
Liora Argamani (61 tahun), perempuan Israel keturunan Tionghoa dan ibu dari Noa Argamani, 26 tahun, ketika diwawancara di Tel Aviv, Israel, 23 November 2023 lalu.

Liora Argamani, 61 tahun, juga dikenal sebagai Li Chonghong, sakit keras akibat kanker otak stadium empat. Keinginannya hanya satu– melihat putrinya Noa, yang masih ditahan Hamas di Gaza, untuk terakhir kalinya.

Lebih dari empat bulan setelah militan menculik Noa Argamani, seorang mahasiswi keturunan Tionghoa berusia 26 tahun, bersama dengan sejumlah mahasiswa lainnya dari sebuah festival musik pada tanggal 7 Oktober di Israel selatan, keluarganya masih mengharapkan bisa membawanya pulang.

Pada bulan Januari, Hamas merilis dua video selama dua hari yang menunjukkan tiga sandera, termasuk Noa. Dalam video pertama, ia, bersama dua tawanan laki-laki – Itay Svirsky dan Yossi Sharabi – memohon kepada pemerintah Israel untuk membawa mereka pulang. Klip tak bertanggal yang banyak diedit itu diakhiri dengan teks, “Besok kami akan memberi tahu Anda tentang nasib mereka.”

Pemerintah Israel mengecam video tersebut sebagai propaganda perang psikologis.

Video kedua menampilkan Noa yang menggambarkan kematian Sharabi dan Svirsky, “tewas dalam serangan udara Israel,” dan menyertakan cuplikan yang tampaknya merupakan mayat kedua pria tersebut.

“Selagi kami masih hidup, bawalah kami pulang,” pintanya di depan kamera.

Yakov Argamani, membawa foto putrinya Noa Argamani, pada aksi unjuk rasa di Tel Aviv (foto: dok).
Yakov Argamani, membawa foto putrinya Noa Argamani, pada aksi unjuk rasa di Tel Aviv (foto: dok).

Pasukan Pertahanan Israel mengkonfirmasi kematian para sandera itu, namun juru bicaranya, Daniel Hagari, menolak klaim bahwa serangan udaranya menewaskan dua sandera laki-laki.

“Kami tahu perang psikologis ini dimaksudkan untuk menekan [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu, tapi ini adalah permainan psikologis yang mengerikan,” keluh sepupu Noa Argamani, Moshe Cohen, yang menjadi juru bicara keluarga.

“Ketika kami melihat di video bahwa dia masih hidup tetapi dua lainnya tidak, kami merasa sangat sedih bagi keluarga mereka,” kata Cohen kepada VOA. “Tetapi ada kelegaan karena Noa masih hidup.”

Dia mengatakan ayah Noa, seorang warga Israel bernama Yaakov Argamani, terlampau emosi untuk menghadapi pers dan sering bepergian untuk mengajukan permohonan kepada pengambil.

Liora Argamani, yang lahir di Wuhan China, sebagian besar tidak bisa berkomunikasi karena menjalani pengobatan berat, lemah secara fisik, dan bicaranya tidak jelas,” kata Cohen.

Dia telah berjuang melawan kanker otak selama bertahun-tahun dan pada tahun 2023 penyakitnya kambuh ketika penyakit kankernya tidak lagi merespons kemoterapi atau radiasi. The Washington Post melaporkan dokternya menggunakan obat-obatan eksperimental.

Dalam video permohonan yang dirilis pada bulan Desember, Liora Argamani memohon, “Saya tidak tahu berapa lama waktu yang tersisa. Saya berharap mendapat kesempatan untuk melihat Noa saya di rumah.”

Dia telah mengajukan beberapa permohonan untuk pembebasan putrinya, termasuk kepada Presiden AS Joe Biden.

Dia juga memberikan wawancara dalam bahasa Mandarin, dengan harapan bahwa sebagai keturunan China bisa mempengaruhi pembuat kebijakan China untuk mengajukan permohonan kepada Hamas agar putrinya dibebaskan.

“Noa tenang, tekun, dan keras kepala,” kata Liora Argamani dalam bahasa Mandarin pada bulan Oktober, dan dia yakin sifat-sifat tersebut akan melindungi putrinya dari bahaya. Dia mengatakan putrinya sebagian memperoleh karakteristik tersebut karena berdarah Asia.

Namun keluarga tersebut segera menyadari bahwa kepemimpinan China tidak akan melakukan intervensi atas nama Noa karena dia bukan warga negara China.

Dia termasuk di antara sekitar 253 orang, termasuk lansia, bayi, wanita dan anak-anak yang disandera Hamas pada 7 Oktober, ketika ribuan militan menyusup ke Israel dan membunuh sekitar 1.200 orang.

Ketika Hamas menangkap Noa, video permohonannya untuk tetap hidup menjadi viral di media sosial.

Pada hari yang sama, sebuah klip video muncul di media sosial yang menunjukkan dia berada di lokasi Gaza yang tidak diketahui, mengenakan hoodie hijau militer dan legging hitam, duduk di sofa, minum air kemasan.

Video bulan Januari yang menunjukkan dia masih hidup dirilis ketika desas-desus tentang kemungkinan kesepakatan pembebasan sandera kedua terus berlanjut. Kesepakatan yang dicapai pada bulan November telah membebaskan 105 sandera sipil.

“Terus menjadi gejolak mental ,” kata Cohen. “Ada harapan, kekecewaan, harapan, kekecewaan. Seluruh negara bersiaga. Perasaan keseluruhannya negatif karena kita tidak bisa mempercayai Hamas. Ini bukanlah negosiasi dengan suatu negara atau bisnis. Ini adalah negosiasi dengan organisasi teroris yang busuk dan kejam yang tujuan globalnya adalah menghancurkan Israel.”

Para pendukung Hamas mengatakan para militan itu berjuang untuk menyingkirkan pendudukan dan mendirikan negara Palestina merdeka. [my/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG