Pihak berwenang di New Delhi, Senin (5/10), meluncurkan kampanye antipolusi dalam usaha menurunkan tingkat polusi udara menjelang musim dingin. Pada musim dingin, ibu kota India itu biasa diselimuti asap beracun, dan udara yang buruk bisa membuat wabah virus corona lebih berbahaya.
Gubernur New Delhi Arvind Kejriwal mengatakan pemerintah akan memulai kampanye antidebu dan asap yang diakibatkan pembakaran lahan pertanian, serta memperkenalkan aplikasi ponsel yang memungkinkan seseorang mengunggah foto untuk mengadukan seorang pelaku pencemaran udara.
“Polusi udara bisa mengancam jiwa di masa pandemi Covid-19. Keduanya sama-sama bisa mempengaruhi paru-paru,” kata Kejriwal.
Para pakar kesehatan mengatakan tingkat polusi udara yang tinggi dalam periode waktu yang panjang bisa mempengaruhi kesehatan, dan membuat mereka yang terpapar udara buruk itu lebih rentan terdampak virus corona.
Diperkirakan lebih dari satu juta orang meninggal setiap tahunnya di India karena berbagai penyakit terkait polusi udara. New Delhi sendiri saat ini memiliki sekitar 285.000 kasus virus corona, termasuk 5.500 kematian.
New Delhi merupakan kota dengan polusi udara terburuk di India. Musim dingin menjadi periode yang sangat membahayakan kesehatan karena kota itu biasanya tertutup asap beracun yang menghalangi masuknya sinar matahari.
Tingkat polusi pada saat itu memburuk karena para petani di kawasan sekitar seringkali melakukan aksi pembakaran lahan setelah lepas masa panen untuk persiapan musim tanam berikutnya. Yang memprihatinkan, polusi kendaraan dan industri, termasuk petasan, juga meningkat selama musim dingin.
Pada November 2019, New Delhi diselimuti asap kuning gelap selama beberapa hari dan tingkat polusi udaranya mencapai rekor tertinggi. Situasi ini mendorong pihak berwenang untuk menutup sekolah-sekolah dan mengalihkan jalur-jalur penerbangan. [ab/uh]