Tautan-tautan Akses

IAEA Serukan Transparansi Iran soal Program Nuklirnya


Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi di Wina, Austria (foto: dok).
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi di Wina, Austria (foto: dok).

Kepala pengawas nuklir PBB, Selasa (2/8) mengatakan "ucapan baik" dari Iran tidak cukup untuk memuaskan para pengawas internasional dan ia berharap Teheran siap untuk transparan tentang program nuklirnya, yang "mengalami kemajuan sangat pesat."

Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi berbicara ketika ditanya tentang peran IAEA dalam memantau kemungkinan dihidupkannya kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan nrgara-negara kuat dunia yang mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi ekonomi.

Iran dan Amerika sejauh ini gagal untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu dan Grossi mengatakan Iran harus memberikan akses kepada pengawas IAEA "sepadan dengan ukuran" program pengayaan uraniumnya jika badan tersebut ingin meyakinkan bahwa program itu bertujuan damai.

"Ketika berbicara tentang nuklir, ucapan yang baik tidak akan berhasil. Yang diperlukan adalah sikap transparan dan patuh serta kerja sama dengan kita. Kita siap dan saya harap mereka juga siap," kata Grossi kepada wartawan di PBB.

"Mereka memiliki program nuklir yang sangat ambisius yang perlu diverifikasi dengan cara yang tepat. Program ini mengalami kemajuan pesat dan tidak hanya maju, tetapi juga meluas, karena ambisi dan kapasitasnya meningkat," tambah Grossi.

Pada 2018, Presiden AS, Donald Trump menarik Amerika keluar dari kesepakatan nuklir Iran dan memulihkan sanksi keras AS yang dirancang untuk menekan ekspor minyak Iran dan mendorong Teheran untuk mulai meninggalkan larangan-larangan perjanjian nuklir tersebut sekitar setahun kemudian.

Pada hari Senin, kepala organisasi energi nuklir Iran mengatakan negara itu memiliki kemampuan teknis untuk membuat bom atom tetapi tidak ada niat untuk melakukannya.

Iran sudah memperkaya uranium hingga kemurniannya mencapai 60%, jauh di atas batas 3,67% yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan 2015 yang sekarang berantakan. Uranium yang diperkaya hingga 90% bisa digunakan untuk membuat bom nuklir. [my/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG