Ribuan migran menumpangi kereta, bus dan berjalan kaki di Makedonia dan Serbia hari Minggu (23/8) dalam upaya menuju negara anggota Uni Eropa, Hungaria, di mana pihak berwenang mendirikan pagar kawat berduri untuk mencegah mereka memasuki negara itu.
Para migran, kebanyakan dari Suriah, Irak dan Afghanistan, yang melarikan diri untuk menghindari konflik berdarah di tanah air mereka, dapat bepergian dengan bebas di Eropa untuk mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik jika mereka dapat melintas masuk Hungaria.
Para migran telah mendarat di Yunani, negara anggota Uni Eropa yang sedang menghadapi gejolak keuangan. Polisi Makedonia yang bersenjatakan pentungan semula menghalangi gelombang migran memasuki negara itu dan menuju lebih jauh ke utara, serta menutup perbatasan Yunani-Makedonia.
Tetapi Makedonia mencabut pembatasan itu hari Sabtu dan pada Minggu siang, 6.000 pengungsi dan migran telah menyeberang masuk Serbia, di mana delapan tenda besar pengungsi PBB didirikan untuk menyediakan makanan dan tempat tinggal sementara.
Menteri Luar Negeri Italia Paolo Gentiloni mengatakan, ribuan migran mencapai pesisir selatan Eropa setelah melakukan pelayaran berbahaya di Laut Tengah. Pelayaran itu disebut mengancam “jiwa” Eropa.
“Terkait imigrasi,” kata Gentiloni kepada surat kabar Il Messaggero, “Eropa terancam memperlihatkan kondisi terburuknya: egois, membuat keputusan serampangan dan berselisih di antara negara anggota. Saya sangat cemas. Sekarang ini, yang jadi masalah adalah apakah Eropa akan menemukan kembali jiwanya atau kehilangan itu untuk selamanya.”
Pergerakan para migran pada hari Minggu ini menyusul bentrokan hari Jumat dan Sabtu dengan polisi Makedonia yang berusaha mencegah para migran memasuki negara itu dari Yunani. Pemerintah Makedonia telah menetapkan situasi darurat dan memerintahkan perbatasannya ditutup bagi para migran.
Tetapi ribuan orang, kebanyakan pengungsi Suriah, mampu menerobos polisi pada hari Sabtu dan mencapai wilayah Makedonia setelah mereka berhari-hari tinggal di ruang terbuka tanpa akses ke tempat berlindung, makanan dan air.
Pihak berwenang kemudian mencabut larangan itu dan mengizinkan para migran untuk melintas dengan bebas, membiarkan mereka menaiki kereta tanpa hambatan pada hari Minggu.
Isu mengenai apa yang harus dilakukan terhadap sejumlah migran yang berupaya mencapai Eropa telah membuat masing-masing negara dan Uni Eropa secara keseluruhan membahas cara menanggapinya.
Organisasi Migrasi Internasional menyatakan, hingga pekan lalu, lebih dari 250 ribu migran telah menyeberang lewat laut ke Eropa tahun ini, sebagian besar mendarat di Italia dan Yunani. Mereka lari meninggalkan tempat-tempat yang telah tujuh tahun dilanda konflik dan gejolak politik. Kebanyakan dari mereka berasal dari Suriah, Afghanistan, Eritrea dan Nigeria.