Hubungan baru antara negara yang saling bersaing kedaulatan maritim, China dan Filipina, menghadapi satu lagi ujian tahun ini dengan adanya perselisihan baru atas reklamasi pulau oleh Beijing di perairan yang disengketakan dan Presiden baru Amerika Donald Trump diperkirakan akan menantang pengaruh China di Asia.
Perselisihan dengan China, ditambah pendekatan baru dari Amerika Serikat, akan menguji kemampuan Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengadu kedua negara kuat itu tanpa merenggangkan hubungan dengan salah satu negara tersebut atau menghentikan klaim maritimnya.
Duterte telah mengesampingkan perselisihan bertahun-tahun dengan Beijing atas persaingan klaim di Laut China Selatan setelah memangku jabatan bulan Juni. Ia bertemu dengan Presiden China Xi Jinping bulan Oktober.
Tetapi dua bulan kemudian pemerintahannya mengajukan protes, yang disebut “note verbale” kepada Beijing atas pembangunan pulau di kepulauan Spratley yang disengketakan. Pekan lalu, Duterte bertemu dengan wakil menteri luar negeri China Liu Zhenmin di Manila.
Juru bicara presiden Filipina Ernesto Abella mengatakan pekan lalu negaranya akan tetap mengklaim kedaulatan di pulau-pulau kecil Laut China Selatan sementara meningkatkan hubungan dengan China, menurut laporan media Filipina. [gp]