Seorang pencari suaka yang kehilangan sebelah matanya dalam sebuah kerusuhan di sebuah pusat penahanan imigrasi di Papua Nugini menuntut pemerintah dan perusahaan keamanan Inggris G4S, Selasa (2/7), untuk kompensasi.
Firma hukum Maurice Blackburn mengatakan sang pencari suaka, berusia 30an namun tidak disebutkan namanya, telah menjalani operasi pengeluaran mata dan lempeng titanium dipasang di wajahnya.
Tindakan medis itu menyusul "trauma kepala parah", mata yang rusak dan patah tulang yang ia derita dalam kerusuhan Februari lalu di kamp di Pulau Manus.
"Klien kami sangat menderita, baik fisik maupun mental, karena apa yang kita sebut kegagalan pemerintah kesemakmuran Australia dan G4S untuk memberikan lingkungan yang aman untuk orang-orang di pusat penahanan Manus," ujar kepala Maurice Blackburn, Jane McDermott.
Ia menambahkan bahwa pria itu, yang tiba di Australia dengan kapal dari Indonesia pada Oktober -- masih menderita kelainan stress pasca-trauma, depresi, kegelisahan dan pikiran-pikiran ingin bunuh diri, dan juga sedang diamati untuk cedera otak.
Kasus itu dimasukkan ke Mahkamah Agung Victoria dan sidang pertama akan berlangsung 13 September.
Kekerasan di kamp tersebut, yang menurut sebuah investigasi dipicu oleh rasa frustrasi dan ketidakpastian mengenai nasib tahanan di bawah kebijakan imigrasi Canberra yang keras -- mnewaskan seorang pencari suaka dari Iran dan membuat 69 orang cedera. (AFP)