Harga minyak melonjak hari Jumat (3/1) karena para investor global dicekam ketidakpastian terkait kemungkinan tindakan balasan setelah AS menewaskan seorang jenderal senior Iran.
Kabar bahwa Jenderal Qassem Soleimani, komandan pasukan elit Iran, Quds, tewas dalam serangan udara di bandara internasional Baghdad memicu perkiraan tindakan balasan Iran dengan target AS dan Israel.
Dalam ketegangan sebelumnya dengan AS, Iran telah mengancam pasokan minyak yang melalui kawasan Teluk Persia ke seluruh dunia. Sekitar 20 persen minyak yang diperdagangkan di seluruh dunia melewati Selat Hormuz, di mana jalur pelayaran lebarnya hanya tiga kilometer dan kapal-kapal tanker di sana telah diserang tahun ini.
Harga acuan internasional minyak mentah melonjak 4,1 persen, atau 2,70 dolar, menjadi 68,95 dolar per barel dalam perdagangan di London.
“Pembalasan akan tiba, mungkin tidak dalam semalam tetapi ini akan datang dan sampai saat itu kita perlu meningkatkan premi risiko geopolitik,” kata Olivier Jakob, kepala lembaga konsultan Petromatrix, dalam pesannya kepada para investor.
Ia mencatat bahwa tanggapan Iran mungkin tidak terbatas pada Selat Hormuz.
Pada September lalu, pemberontak Houthi dukungan Iran di Yaman melancarkan serangan drone terhadap fasilitas pengolahan minyak terbesar di dunia yang terletak di Arab Saudi. Serangan itu sempat menghentikan sekitar separuh pasokan dari eksportir minyak terbesar di dunia itu. AS langsung menuding Iran, tuduhan yang dibantah Iran. [uh/ab]