Irak adalah produsen minyak terbesar kedua OPEC yang menghasilkan lebih dari tiga juta barel per hari. Itu sebabnya direbutnya sejumlah kota di kawasan penghasil minyak oleh kelompok sempalan al-Qaida membuat gelisah pasar energi. Tetapi kekhawatiran itu mungkin terlalu dibesar-besarkan.
Tergantung pada berapa lama konflik itu berlangsung, Andrew Ricci dari perusahaan riset Levick Energy memprediksi kenaikan tipis harga BBM dan minyak penghangat ruangan.
“Dampak nyatanya terhadap Amerika adalah ini akan memperkuat argumen bagi pendukung kemandirian energi, stabilitas energi dan sumber energi bersih,” kata Andrew Ricci.
Harga minyak secara umum stabil dalam empat tahun ini, sebagian karena lemahnya permintaan di negara-negara maju dan menguatnya pemakaian sumber-sumber energi alternatif. Juga ada prospek dari ladang-ladang minyak yang belum dimanfaatkan di Libya hingga Iran – kata kolumnis energi John Kemp di kantor berita Reuters.
“Pertama-tama kita melihat minyak di Sudan Selatan, lalu Libya dan Nigeria. Minyak Iran secara umum tidak beredar di pasar akibat sanksi-sanksi ekonomi. Kini kita melihat semakin banyak masalah di Irak. Ini semua berarti masih ada banyak minyak di masa depan. Tetapi untuk jangka pendek, pasar masih cukup seimbang,” kata John Kemp.
Tetapi situasi akan bergantung pada apakah pemberontak mampu meraih kemenangan yang permanen di Irak, kata Andrew Ricci.
“Jika seluruh wilayah Irak kembali dikuasai pemberontak, maka saya pikir itu bukan hal yang baik. Tidak ada yang bisa diramalkan. Gejolak apapun tidak baik bagi harga-harga minyak.” kata Andrew Ricci.
Kemungkinan ketidakstabilan itu membuat harga minyak naik ke tingkat tertinggi sejak September lalu. Tetapi gangguan yang berkepanjangan mungkin akan terbatas. Para analis energi mengatakan ladang-ladang minyak Irak yang paling produktif – sekitar 80 hingga 90 persen dari kapasitas total negara itu – terletak jauh di bagian selatan yang sangat menentang militan Sunni itu.
Tergantung pada berapa lama konflik itu berlangsung, Andrew Ricci dari perusahaan riset Levick Energy memprediksi kenaikan tipis harga BBM dan minyak penghangat ruangan.
“Dampak nyatanya terhadap Amerika adalah ini akan memperkuat argumen bagi pendukung kemandirian energi, stabilitas energi dan sumber energi bersih,” kata Andrew Ricci.
Harga minyak secara umum stabil dalam empat tahun ini, sebagian karena lemahnya permintaan di negara-negara maju dan menguatnya pemakaian sumber-sumber energi alternatif. Juga ada prospek dari ladang-ladang minyak yang belum dimanfaatkan di Libya hingga Iran – kata kolumnis energi John Kemp di kantor berita Reuters.
“Pertama-tama kita melihat minyak di Sudan Selatan, lalu Libya dan Nigeria. Minyak Iran secara umum tidak beredar di pasar akibat sanksi-sanksi ekonomi. Kini kita melihat semakin banyak masalah di Irak. Ini semua berarti masih ada banyak minyak di masa depan. Tetapi untuk jangka pendek, pasar masih cukup seimbang,” kata John Kemp.
Tetapi situasi akan bergantung pada apakah pemberontak mampu meraih kemenangan yang permanen di Irak, kata Andrew Ricci.
“Jika seluruh wilayah Irak kembali dikuasai pemberontak, maka saya pikir itu bukan hal yang baik. Tidak ada yang bisa diramalkan. Gejolak apapun tidak baik bagi harga-harga minyak.” kata Andrew Ricci.
Kemungkinan ketidakstabilan itu membuat harga minyak naik ke tingkat tertinggi sejak September lalu. Tetapi gangguan yang berkepanjangan mungkin akan terbatas. Para analis energi mengatakan ladang-ladang minyak Irak yang paling produktif – sekitar 80 hingga 90 persen dari kapasitas total negara itu – terletak jauh di bagian selatan yang sangat menentang militan Sunni itu.